Produsen mesin pesawat terbang Rolls-Royce Holdings mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 2.500 karyawannya di seluruh dunia.
Langkah ini dilakukan untuk mengurangi biaya operasional dan mengatasi kinerja yang buruk selama bertahun-tahun.
Dilansir dari CNN Business, pihak Rolls-Royce mengatakan PHK tersebut merupakan bagian dari perombakan strategis yang lebih luas untuk meningkatkan efisiensi biaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Restrukturisasi ini bakal menyebabkan PHK terhadap 2.000-2.500 tenaga kerja atau sekitar 6 persen dari total 42 ribu tenaga kerja global.
Sebagai informasi, Rolls-Royce adalah perusahaan yang terpisah dari Rolls-Royce Motor Cars, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh BMW. Kedua bisnis yang menggunakan nama Rolls-Royce ini merupakan bagian dari perusahaan yang sama hingga 1970-an.
"Kami sedang membangun Rolls-Royce yang cocok untuk masa depan. Itu berarti organisasi yang lebih ramping dan efisien yang akan memberikan hasil bagi pelanggan, mitra, dan pemegang saham kami," kata CEO Tufan Erginbilgic dalam pernyataan resminya.
Restrukturisasi ini juga merupakan upaya perubahan terbaru yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Sebelumnya Rolls-Royce berencana untuk meniadakan setidaknya 9.000 tenaga kerja selama pandemi Covid-19 ketika permintaan untuk perjalanan udara anjlok. Kemudian sebelumnya pada 2018, perusahaan itu pernah berencana untuk memangkas 4.600 tenaga kerja untuk menghemat biaya.
Lihat Juga : |
Erginbilgic, yang menjadi kepala eksekutif pada Januari setelah lebih dari 20 tahun bekerja di perusahaan minyak raksasa BP, telah berterus terang dalam penilaiannya terhadap kinerja perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan tersebut.
Dalam pidatonya di hadapan para staf Rolls-Royce tak lama setelah mengambil alih tampuk pimpinan, ia menggambarkan bisnis ini sebagai "platform yang terbakar" yang tertinggal dari para pesaing utama dan menghancurkan nilai bagi para pemegang saham.
"Rolls-Royce telah berkinerja buruk dalam waktu yang lama," katanya dalam rapat pemegang saham tahunan perusahaan pada Mei lalu.
"Pendapatan kas tidak memuaskan, dan utang kami masih terlalu tinggi. Terlalu banyak dari laba kotor kami yang hanya untuk menutupi biaya overhead dan pembayaran bunga."
Erginbilgic menggunakan pidato tersebut untuk mengumumkan "program transformasi" yang akan menciptakan "bisnis yang efisien dengan basis biaya yang kompetitif," tanpa merinci dampaknya terhadap karyawan.
Di bawah rencana yang diumumkan pada Selasa (17/10), staf yang bekerja pada standar keamanan produk dan teknik akan digabungkan ke dalam satu tim. Sementara fungsi-fungsi back-office, seperti keuangan, hukum dan sumber daya manusia, juga akan disatukan.
Restrukturisasi ini akan membuat kepala teknologi Grazia Vittadini meninggalkan perusahaan itu pada April 2024.
"Ini adalah langkah lain dalam perjalanan transformasi multi-tahun kami untuk membangun Rolls-Royce yang berkinerja tinggi, kompetitif, tangguh, dan terus berkembang," kata Erginbilgic lebih lanjut.
Para investor menyambut baik perubahan ini yang mengangkat saham perusahaan lebih dari 2 persen pada perdagangan pagi hari ini. Saham perusahaan telah naik lebih dari 200 persen selama setahun terakhir.
Menurut Victoria Scholar, kepala investasi di platform investasi online Interactive Investor, hal ini menjadikan perusahaan tersebut saham dengan kinerja terbaik di FTSE 100 London.
"Segalanya berjalan lebih baik untuk Erginbilgic," katanya dalam sebuah catatan.
Ia menunjuk pada "lompatan tajam" dalam laba di paruh pertama.
"Rencana transformasinya berjalan dengan baik, dengan peningkatan operasi, rebound pasca-pandemi dalam penerbangan internasional dan peningkatan belanja pertahanan," ujar Scholar.