Belt and Road Initiative, Satu Dekade Ambisi Jalur Sutra Baru China
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berterima kasih kepada China yang terus berkontribusi untuk kemajuan negara berkembang.
Ucapan tersebut Jokowi sampaikan terkait pelaksanaan program jalur sutera atau Belt Road Initiative (BRI) yang dijalankan Negeri Tirai Bambu.
"Pepatah China mengatakan 'Yi Khung Yi Shian' atau kegigihan akan mewujudkan keajaiban. Mari berjuang gigih bersama memajukan pembangunan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat," kata Jokowi dalam kunjungan kerja di China, Rabu (18/10).
Satu dekade BRI membuat Jokowi berharap sinergi dapat terus terjalin. Ia ingin pembangunan infrastruktur di tengah gejolak dunia masih bisa berlangsung dengan pendanaan dari BRI.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud BRI China?
Program jalur sutera atau BBRI China diciptakan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2013 untuk berinvestasi di lebih dari 130 negara dan organisasi internasional.
Sejak dijalankan, inisiatif ini telah menghasilkan miliaran dolar yang dituangkan ke dalam proyek infrastruktur.
Proyek itu dibangun dalam mulai dari pengaspalan jalan raya dari Papua Nugini ke Kenya, membangun pelabuhan dari Sri Lanka ke Afrika Barat, dan menyediakan infrastruktur listrik dan telekomunikasi untuk orang-orang dari Amerika Latin hingga Asia Tenggara.
Namun, kritikus melihat BRI sebagai cara China untuk menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia melalui jeratan utang.
Dilansir dari China BRI Investment Report 2022 yang diterbitkan Green Finance & Development Center, pembiayaan dan investasi dari program jalur sutra ini mencapai US$67,8 miliar atau setara Rp1.068 triliun (asumsi kurs Rp15.752 per dolar AS) pada 2022.
Dana tersebut tersebar di 147 negara dengan lebih dari 200 kesepakatan.
Adapun sepanjang 2013 hingga 2022 investasi China dalam BRI secara total mencapai US$962 miliar atau setara Rp15.152,3 triliun.
Jumlah tersebut terbagi dalam investasi kontrak konstruksi sekitar US$573 miliar dan investasi non-keuangan sebesar US$389 miliar.
Investasi BRI pada 2022 sangat didominasi oleh perusahaan swasta, termasuk CATL dan Alibaba. Sementara, kontrak konstruksi didominasi oleh badan usaha milik negara (BUMN).