Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) telah mengeluarkan dokumen berisikan visi dan misi mereka untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024.
Pasangan yang disebut AMIN ini mengusung visi "Indonesia Adil Makmur untuk Semua". Salah satu misi pasangan AMIN yaitu memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah melalui kemandirian pangan, ketahanan energi dan kedaulatan air.
Misi lainnya juga termasuk mengentaskan kemiskinan dengan memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan kerja, mewujudkan upah berkeadilan, hingga menjamin kemajuan ekonomi berbasis kemandirian dan pemerataan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut target ekonomi pasangan Anies-Cak Imin untuk Pilpres 2024:
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sebelumnya pertumbuhan PDB RI berkisar di angka 5,17 persen pada 2018, 5,02 persen di 2019, minus 2,07 persen pada 2020, 3,69 persen di 2021, dan 5,31 persen pada 2022.
Sebelumnya, angka tingkat pengangguran terbuka berada di angka 5,01 persen pada 2019, 4,94 persen di 2020, 6,26 persen pada 2021, 5,83 persen di 2022, dan 5,45 persen pada 2023.
Sebelumnya tingkat kemiskinan RI berkisar di angka 9,41 persen di 2019, 9,78 persen pada 2020, 10,14 persen di 2021, 9,54 persen pada 2022, dan 9,36 persen pada 2023.
Sebelumnya angka tingkat kemiskinan ekstrem RI berada di angka 3,63 persen (2019), 2,70 persen (2020), 2,16 persen (2021), 2,04 persen (2022), dan 1,12 persen (2023).
Sebelumnya tingkat inflasi inflasi berada di angka 2,72 persen (2019), 1,68 persen (2020), 1,87 persen (2021), dan 5,51 persen (2022).
![]() |
Sebelumnya penciptaan lapangan kerja berada di angka 13,68 juta periode 2010-2014 dan 13,52 juta periode 2015-2019.
Sebelumnya, rasio pekerja sektor informal terhadap total pekerja berada di angka 58,22 persen (2018), 57,27 persen (2019), 56,50 persen (2020), 59,54 persen (2021), 59,31 persen (2022), dan 60,12 persen (2023).
Sebelumnya indeks gini berada di angka 0,382 (2019), 0,381 (2020), 0,384 (2021-2022), dan 0,388 (2023).
Sebelumnya kontribusi industri manufaktur terhadap PDB berada di angka 19,86 persen (2018), 19,70 persen (2019), 19,87 persen (2020), 19,24 persen (2021), dan 18,34 persen (2022).
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, sebelumnya tax ratio berkisar di angka 14 persen (2012), 9,77 persen (2019), 8,33 persen (2020), 9,11 persen (2021), dan 10,4 persen (2022).
Sebelumnya, rasio utang pemerintah terhadap PDB berada di angka 30,6 persen (2019), 39,8 persen (2020), 41,2 persen (2021), 40,9 persen (2022), dan 38,1 persen (2023).
Sebelumnya ICOR berada di angka 4,6 periode 1967-1999, 4,6 periode 2000-2004, 4,0 periode 2005-2009, 4,1 periode 2010-2014, 6,5 periode 2015-2019, dan 7,3 periode (2021-2022).
Sebelumnya LPI berkisar di angka 2,76 persen (2010), 2,94 (2012), 2,98 (2016), 3,15 (2018), dan 3,0 (2023).
Sebelumnya angka biaya logistik (domestik dan ekspor) terhadap PDB berada di angka 26 persen (2004-2011), 22 persen (2016), 23,5 persen (2018-2019), dan 23,8 persen (2020).