Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut menyoroti pelemahan rupiah belakangan ini hingga mendekati Rp16 ribu per dolar AS.
Jokowi meminta masyarakat Indonesia harus banyak-banyak bersyukur. Ia mencontohkan perekonomian tanah air yang masih sanggup tumbuh di atas 5 persen.
"Kalau persentase depresiasi mata uang kita juga masih aman. Aman untuk sektor riil, keuangan, dan juga inflasi," klaim Jokowi dalam BNI Investor Daily Summit 2023 di Hutan Kota Plataran GBK, Jakarta Pusat, Selasa (24/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga melihat indikator khusus ketahanan perekonomian negara, yakni penerimaan pajak. Jokowi menyebut jika duit yang masuk ke kas negara dari pajak masih tumbuh, berarti Indonesia baik-baik saja.
"Kemarin Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani) menyampaikan masih tumbuh 5,6 persen (penerimaan pajak) dari baseline tahun lalu. Artinya masih ada pertumbuhan penerimaan negara. Artinya kalau orang bayar pajak, bisnis dia jalan," tuturnya.
"Ceknya di sini saya biasanya, asal penerimaan negara dan pajak masih tumbuh, itulah berarti ekonomi kita masih baik. Tapi kita harus melihat kembali tantangan-tantangan tadi," tutup Jokowi.
Kemarin, rupiah ditutup melemah 61 poin hingga level Rp15.934 alias minus 0,38 persen. Ini mengundang kekhawatiran, terutama tren buruk ini menjangkiti mata uang Garuda sejak Mei 2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani ikut berkomentar soal pelemahan rupiah yang bersumber dari faktor eksternal. Ia menilai inflasi AS masih cukup tinggi yang direspons The Fed dengan mengeluarkan sinyal kenaikan suku bunga acuan dalam waktu cukup lama.
"Ini yang menyebabkan banyak terjadinya capital flowing back ke AS, menyebabkan dolar index menguat di 106. Pak Gubernur (Bank Indonesia) sebelumnya mengatakan di 93, berarti dolar AS itu kuat secara global," katanya di Istana Kepresidenan, Senin (23/10) kemarin.
Ia berjanji Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan menyinkronisasikan kebijakan moneter dan fiskal. Harapannya, jika pemicu pelemahan nilai tukar rupiah berasal dari negara lain, seperti AS, dampaknya bisa dimitigasi.
"Dan kita minimalkan (dampaknya), baik terhadap nilai tukar, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas sistem keuangan. Itu akan terus kita lakukan secara intensif," tandas Sri Mulyani.