ANALISIS

Janji Ekonomi Anies, Ganjar dan Prabowo, Mana yang Paling Realistis?

Sakti Darma Abhiyoso | CNN Indonesia
Selasa, 31 Okt 2023 07:05 WIB
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto menebar janji manis jika terpilih di Pilpres 2024, mulai menerbangkan ekonomi dan menurunkan kemiskinan.
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto menebar janji manis jika terpilih di Pilpres 2024, mulai menerbangkan ekonomi dan menurunkan kemiskinan. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A).
Jakarta, CNN Indonesia --

Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto kompak menebar janji manis ekonomi jika terpilih menjadi presiden di 2024 nanti.

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar setidaknya punya 14 visi misi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mereka targetkan naik ke 5,5 persen-6,5 persen, pengangguran terbuka turun ke level 3,5 persen sampai 4 persen di 2029, hingga tingkat kemiskinan yang dijanjikan bisa ditekan hingga 4 persen-5 persen di akhir periodenya.

Kemudian, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD punya sedikitnya 21 poin janji untuk perekonomian Indonesia. Mulai dari target pengurangan kemiskinan 2,5 persen, menciptakan 17 juta lapangan kerja baru, sampai mematok target tinggi rata-rata pertumbuhan ekonomi di level 7 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menawarkan 8 'janji cepat'. Mereka ingin menaikkan upah aparatur sipil negara (ASN) dengan rentang gaji tinggi, memberi bantuan langsung tunai (BLT), hingga bagi-bagi makan siang serta susu gratis di sekolah dan pesantren.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai banyak sekali janji manis paslon yang bisa dikuliti. Namun, ia ingin memberikan satu perhatian khusus pada target ambisius penurunan kemiskinan.

Faisal menyoroti ketiga paslon punya target menurunkan angka kemiskinan yang tinggi untuk jangka waktu 5 tahun. Ia menghitung rata-rata tiap calon pengganti Presiden Joko Widodo itu ingin menurunkan 1 persen angka kemiskinan per tahunnya.

Padahal, rezim sebelumnya saja sangat sulit menurunkan sepersen angka kemiskinan. Faisal menilai butuh waktu bertahun-tahun mereduksi tingkat kemiskinan Indonesia, meskipun digalakkan program bantuan sosial (bansos) dan sejenisnya.

"Apa strateginya untuk mencapai target yang lebih ambisius tersebut? Misal, paslon Ganjar-Mahfud itu sampai 2,5 persen (target) penurunan angka kemiskinannya. Luar biasa menurut saya dibandingkan dengan kondisi sekarang. Berarti itu memang (butuh) ekstra, ekstra, dan ekstra (effort) luar biasa," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/10).

Ia menegaskan mengatasi kemiskinan bukan cuma bicara statistik. Faisal menekankan pentingnya calon pemimpin bangsa menengok akar permasalahan yang sesungguhnya ada di masyarakat kelas bawah.

Oleh karena itu, Faisal berharap paslon tidak hanya fokus mengumbar janji bansos. Meski penting dan bisa membantu rakyat miskin, bansos tidak akan pernah mengobati kemiskinan rakyat Indonesia.

"Kalau hanya secara statistik, mengentaskan kemiskinan bisa dengan bansos, tapi apakah itu mengobati permasalahan kemiskinan? Menurut saya tidak. Semestinya (bansos) itu pelengkap atau penunjang, bukan intinya (pengentasan kemiskinan)," tegas Faisal.

"Sehingga bantuan yang sifatnya bagi-bagi uang dan semacam itu walau dibutuhkan, tapi bukan tulang punggung program yang betul-betul menjadi kunci dalam mengatasi akar permasalahan (kemiskinan)," imbuhnya.

Menurutnya, Anies, Ganjar, atau Prabowo harus mulai berpikir keras bagaimana mengentaskan kemiskinan secara permanen. Tentu, cara yang dipakai harus lebih efektif dari pemerintahan yang sudah-sudah sehingga kemiskinan bukan bersih di kulitnya saja.

Ia menekankan pengentasan kemiskinan bisa dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat di garis kemiskinan tersebut. Faisal menyebut akses terhadap pekerjaan, pendapatan, hingga berbagai sumber daya lain menjadi sangat krusial.

Lantas, adakah janji manis Anies-Ganjar-Prabowo yang realistis?

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho menilai sejatinya setumpuk janji manis ketiga paslon tidak bisa dibandingkan secara head to head.

Ia menganggap ketiganya bermain aman di ranahnya masing-masing.

"Mereka masing-masing punya versi sendiri dan ada yang bermain di ranah kebijakan normatif. Menurut saya harus ada penyamaan template (format target ekonomi) karena masing-masing paslon punya hal yang mungkin tidak mereka sampaikan, di mana berpotensi menjadi bumerang mereka," tuturnya.

"Namun, saya melihat beberapa targetnya agak kurang realistis. Mengapa kurang realistis? Memang, itu daya jual paslon tersebut dengan menawarkan hal optimistik agar terpilih," tegas Andry.

3 Poin yang Bisa Terwujud

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER