Nilai tukar rupiah bertengger di Rp15.875 per dolar AS pada Kamis (2/11) pagi. Mata uang Garuda menguat 60 poin atau naik 0,38 persen dari posisi sebelumnya.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak di zona hijau. Tercatat, won Korea menguat 1,09 persen, peso Filipina menguat 0,23 persen, baht Thailand menguat 0,56 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,47 persen.
Kemudian dolar Singapura menguat 0,18 persen, yen Jepang menguat 0,42 persen, dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen. Di sisi lain, yuan China melemah 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, mata uang negara maju pun kompak menguat. Tercatat, poundsterling Inggris menguat 0,32 persen, dolar Australia menguat 0,63 persen dan euro Eropa menguat 0,24 persen.
Kemudian dolar Kanada menguat 0,15 persen dan franc Swiss menguat 0,31 persen.
Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat terhadap dolar AS di tengah penurunan imbal hasil obligasi AS usai data manufaktur Institute for Supply Management (ISM) AS yang lebih lemah.
"Serta tidak ada kejutan dalam pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) maupun pernyataan Jerome Powell," kata dia kepada CNNIndonesia.com.
Berdasarkan sentimen tersebut, ia pun memproyeksikan rupiah akan bergerak menguat di kisaran Rp15.800 sampai Rp15.900 per dolar AS pada hari ini.