Nilai tukar rupiah bertengger di Rp15.825 per dolar AS pada Jumat (3/11) pagi. Mata uang Garuda menguat 30 poin atau 0,19 persen dari posisi sebelumnya.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia turut bergerak di zona hijau. Tercatat, won Korea Selatan menguat 0,98 persen, peso Filipina menguat 0,12 persen, dan baht Thailand menguat 0,20 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,04 persen.
Kemudian dolar Singapura menguat 0,05 persen dan yen Jepang menguat 0,01 persen. Di sisi lain yuan China melemah 0,06 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, mata uang negara maju terpantau bergerak bervariasi. Tercatat poundsterling Inggris melemah 0,10 persen, dolar Australia melemah 0,05 persen dan dolar Kanada melemah 0,09 persen.
Sedangkan euro Eropa menguat 0,01 persen dan franc Swiss menguat 0,03 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan indeks saham Asia yang bergerak naik pagi ini mendukung penguatan rupiah sebagai aset berisiko terhadap dolar AS hari ini.
"Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang masih menurun juga memberikan dukungan untuk penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," kata dia kepada CNNIndonesia.com.
Ia juga memaparkan hasil yang tidak terlalu hawkish dan tidak adanya hal baru dari rapat kebijakan moneter AS membuat pasar kembali masuk ke aset berisiko untuk sementara. Menurutnya, The Fed tidak mengesampingkan kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya lagi.
"Jadi sentimen kenaikan suku bunga atau suku bunga tinggi bisa kembali membayangi pasar keuangan. Belum lagi konflik yang masih berlangsung di Palestina dan Ukraina. Ini bisa mendorong pelaku pasar masuk lagi ke aset dolar AS," ujar Ariston.
Berdasarkan sentimen di atas, ia pun memproyeksikan rupiah akan bergerak menguat di kisaran Rp15.800 sampai Rp15.900 per dolar AS pada hari ini.