ANALISIS

Transaksi Kripto Anjlok Parah, Apa Pemicu Pasar Lesu Darah?

Mochammad Ryan Hidayatullah | CNN Indonesia
Rabu, 08 Nov 2023 07:15 WIB
Nilai transaksi kripto di Indonesia anjlok tajam dalam tiga tahun terakhir, padahal jumlah investor terus naik.
Faktor eksternal turut membuat transaksi kripto RI jatuh. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

CEO Indodax Oscar Darmawan sepakat pajak kripto menjadi salah satu pemicu susutnya nilai transaksi. Apalagi, kini transaksi kripto dikenai ongkos tambahan pula sebesar 0,02 persen untuk biaya bursa, depository, dan kliring. Penambahan biaya yang berlebihan dapat menyebabkan industri kripto nasional kalah saing dengan negara lain.

"Hal ini membuat investor lebih memilih bertransaksi ke luar negeri. Akhirnya uang dikirim ke luar negeri daripada transaksi di exchange Indonesia," ucapnya.

Kebangkrutan FTX disebutnya turut mendukung penurunan transaksi aset kripto. Sebab, aset kripto menjadi tidak bisa ditarik dari FTX yang bangkrut. Karena itu, penting untuk ditekankan bahwa bertransaksi dengan aset kripto harus dilakukan melalui platform yang terpercaya dan telah mendapatkan izin pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanya kalau kita lihat aturan Bappebti, pemerintah menekankan transaksi kripto harus 100 persen ditaruh di depository dan kliring supaya tidak terjadi seperti FTX di Indonesia," tutur Oscar.

Pemerhati Investasi Kripto Desmond Wira mengatakan kripto lebih merupakan aset untuk spekulasi. Selama ini, pertumbuhannya didorong oleh kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang memberikan kebijakan uang longgar. Nah, saat ini kebijakan The Fed lebih ketat (tightening).

"Seperti kita tahu, dalam tiga terakhir The Fed menekankan pada kebijakan uang ketat, yaitu dengan menaikkan suku bunga terus untuk menekan inflasi sehingga mengurangi uang beredar yang bisa digunakan untuk spekulasi," ujar Desmond.

Desmond berpandangan aset kripto saat ini tidak menarik bagi investor. Ia melihat harga kripto juga terus menurun. Puncak harga kripto sekitar November 2021 berada di level US$68 ribu. Angka itu lalu anjlok terus hingga US$14 ribu. Desmond mengatakan harga kripto sekarang hanya mencapai kisaran US$30 ribu.

"Kondisi seperti ini tentunya tidak menarik sebagai ajang spekulasi. Dari mana dapat cuan? Maka dari itu transaksinya menurun," imbuhnya.

Menurutnya, dalam kondisi ekonomi global yang masih tak menentu, pilihan investasi yang cocok adalah obligasi pemerintah, emas, reksa dana pasar uang, hingga reksa dana pendapatan tetap.

Peneliti ekonomi digital Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan penurunan nilai transaksi di Indonesia didorong oleh pergerakan harga aset kripto di luar yang merosot.

"Hal ini akhirnya menurunkan minat investasi aset kripto dalam negeri," katanya.

Ia juga menuturkan penurunan nilai transaksi tak lepas dari suku bunga acuan The Fed. Nailul menjelaskan ketika suku bunga acuan The Fed rendah, investasi di aset kripto meroket. Tapi, ketika suku bunga The Fed tinggi, maka investasi di aset kripto terjun bebas.

The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25 persen-5,50 persen pada awal November ini. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak lebih dari dua dekade lalu. Bank Sentral itu juga menegaskan jika inflasi belum turun secepat keinginan mereka, sehingga potensi untuk menaikkan suku bunga masih ada.

Nailul mengatakan dalam keadaan seperti ini, nilai transaksi kripto disinyalir tetap rendah pada tahun depan.

"Harapannya ada di bursa kripto di mana bisa menjadi akselerator dari investasi aset kripto. Adanya bursa bisa menjadi pelindung aset investor," kata Nailul.

(pta)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER