ANALISIS

Cak Imin, Gibran, Mahfud, Siapa Bisa Hapus 'Kutukan' 5 Persen Jokowi?

Feby Febrina Nadeak & Mochammad Ryan Hidayatullah | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Des 2023 17:23 WIB
Para cawapres; Cak Imin, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD ingin menerbangkan ekonomi Indonesia. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim).
Jakarta, CNN Indonesia --

Para calon wakil presiden (cawapres) yang akan bertarung di Pilpres 2024, yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD bertempur habis-habisan dalam memaparkan visi misi mereka dalam membangun ekonomi Indonesia dalam debat yang digelar Jumat (22/12).

Salah satu misi dan misi yang mereka sampaikan adalah soal menerbangkan ekonomi Indonesia. Urut dari calon presiden nomor 1, Muhaimin alias Cak Imin menyatakan kalau terpilih di Pilpres 2024, ia dan Anies Baswedan pasangannya, akan membawa ekonomi Indonesia tumbuh stabil di level 5,6-6 persen.

Cak Imin mengatakan tak mau terlalu ambisius memasang target pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, ia khawatir kalau terlalu ngoyo, nantinya utang negara bisa membengkak. 

"Kalau membuat target 7 atau 8 (persen) bisa saja, tapi kami ingin membuat target itu berkualitas dan inklusif," kata Cak Imin.

"Target 5,5 sampai 6 persen itu dengan kalkulasi, karena kalau kami tidak terlalu realistis, nanti ujung-ujungnya utang luar negeri. Utang luar negeri yang terlampau banyak ini mengakibatkan bukan hanya pemerintahan saat ini, tapi juga anak dan cucu kita nanti mengalami beban utang yang panjang," ia menambahkan.

Untuk cawapres nomor 2 Gibran Rakabuming Raka, ia memang tidak menyebut berapa angka pertumbuhan ekonomi yang akan dikejar. Ia hanya mengatakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi itu, pihaknya bakal menggeber program hilirisasi bahan tambang dan sumber daya alam yang sudah dilakukan Presiden Jokowi, ayahnya.

Sementara itu calon wakil presiden nomor 3, Mahfud MD, memasang target pertumbuhan ekonomi yang ambisius bila ia dan Ganjar Pranowo menang pemilu. Angka yang ia patok adalah 7 persen.

Ia mengatakan angka itu tak dibuat secara asal, tetapi dengan melihat potensi dan sumber daya yang dimiliki Indonesia saat ini.

Menurutnya, angka itu sejatinya sangat mudah dicapai. Hanya butuh keseriusan karena semua sumber daya sudah dimiliki Indonesia. Keseriusan salah satunya diperlukan dalam memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme.

Mahfud kemudian bercerita saat dirinya 'menyelamatkan' negara dari korupsi dengan kerugian hingga Rp677 triliun. Menurut dia, jumlah uang sebanyak itu dapat dibagikan kepada UMKM untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. 

"Kemudian yang ditemukan oleh IJW (Indonesia Justice Watch) sejak 2014 yang sudah inkracht itu korupsi itu Rp233,7 triliun. Itu kalau kita pangkas melalui penegakan hukum yang benar, ini bisa mencapai 7 (persen)," lanjutnya.

Lalu bagaimana pandangan para ahli ekonomi soal target itu, realistis kah?

Ekonom Universitas Indonesia Yusuf Wibisono mengatakan pertumbuhan ekonomi yang kencang dibutuhkan untuk mencapai mimpi Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Jadi, wajar saja para calon presiden berlomba menggenjot pertumbuhan ekonomi untuk menarik simpati masyarakat.

Tapi, Yusuf menilai belum ada program nyata dan menjanjikan yang disajikan ketiga kandidat dalam debat semalam. Kubu Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran juga tidak secara jelas membawa narasi baru untuk menerbangkan ekonomi Indonesia.

Kedua pasangan, imbuhnya, hanya sekedar ingin melanjutkan program pemerintahan Jokowi, padahal, langkah tersebut nol besar. Pasalnya, sejumlah kebijakan yang ditempuh Jokowi dalam rangka mengejar pertumbuhan ekonomi 7 persen pun melempem.

Yang ada, Yusuf menyebut pertumbuhan ekonomi justru turun. Pada 2005-2014 atau era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), rerata pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tembus 5,8 persen.

Namun pada 10 tahun terakhir atau era Jokowi, pada 2015-2024, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan di kisaran 4,2 persen.

Andaipun tekanan pandemi 2020-2021 diabaikan, kata Yusuf, rerata pertumbuhan ekonomi diperkirakan di kisaran 5,1 persen, jauh dari target 7 persen. Angka ini bahkan lebih rendah dari periode Presiden SBY.

Padahal, Yusuf mengatakan dalam 10 tahun terakhir Indonesia menikmati bonus demografi sejak 2012, dengan periode puncaknya pada 2020 - 2030.

"Saya belum melihat ada program yang benar-benar menjanjikan dari ketiga pasang capres-cawapres untuk meruntuhkan 'dekade kutukan pertumbuhan 5 persen' era Jokowi. Makanya menjadi tidak kredibel ketika menetapkan target 7 persen, tapi ingin dicapai dengan kebijakan lama," katanya kepada CNNIndonesia.

Ia mengatakan Gibran memang sempat mengungkap soal strategi hilirisasi tambang dan sumber daya alam demi mengerek pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak menunjukkan apa strategi reindustrialisasi yang lebih baik dari sekedar hilirisasi tambang.

Padahal,  imbuh Yusuf, strategi hilirisasi tambang yang kini digencarkan Jokowi terbukti gagal dalam mentransformasi ekonomi dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

"Dengan hilirisasi tambang yang demikian gencar bahkan ugal-ugalan, pertumbuhan ekonomi kita tetap stagnan di kisaran 5 persen," katanya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Bahaya Mengekor Jokowi


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :