Waralaba atau franchise menjadi salah satu jenis usaha yang layak untuk dicoba, khususnya bagi mereka yang masih pemula di dunia bisnis.
Cara memulai bisnis waralaba dianggap efisien dibandingkan merintis bisnis baru.
Pasalnya, sejumlah bisnis waralaba telah memiliki 'nama' di pasaran sehingga Anda tak perlu melakukan branding dari awal. Tak hanya itu, bisnis waralaba kerap kali sudah memiliki para pelanggannya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Anda tertarik untuk membuka usaha waralaba dalam waktu dekat ini, alangkah baiknya untuk menyimak sejumlah tips berikut ini.
Lihat Juga : |
Perencana keuangan OneShildt Financial Planning Budi Rahardjo menyebut modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha waralaba sangat bervariasi.
"Bisa dimulai dengan biaya yang sangat murah (di bawah Rp5 juta), sampai dengan yang tinggi (lebih dari Rp1 miliar), tergantung dari reputasi, skala bisnis, fasilitas paket waralaba, royalti, dan biaya-biaya lainnya," ujar Budi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (11/1).
Senada, perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho pun menjelaskan modal yang dibutuhkan untuk membuka waralaba tergantung dari produk apa yang dibeli izin waralabanya serta skala bisnis yang ingin dibuka.
Pasalnya, kata dia, pemilik bisnis waralaba biasanya mempaket-paketkan bisnis yang ditawarkan kepada para calon mitra bisnisnya sesuai dengan kemampuan modal calon mitra.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Memulai Kebiasaan Keuangan Baik di Tahun Naga Kayu |
Andi menjelaskan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah biasanya harga yang ditawarkan oleh pemilik waralaba baru berupa izin penggunaan merek, bahan baku, dan ada pula dengan tenaga kerjanya.
"Namun biasanya sewa tempat usaha (bila diperlukan) menjadi tanggungan calon mitra sendiri," katanya kepada CNNINdonesia.com.
Budi menuturkan idealnya suatu usaha waralaba adalah usaha yang mereknya sudah dikenal, sudah memiliki kinerja keuangan yang baik, konsumen yang loyal, terpercaya, memiliki support system dan inovasi bisnis yang bagus.
"Sehingga membantu pembeli franchise untuk menjalankan usahanya, terutama dalam pertimbangan seperti analisa bisnis bagi franchisee dalam pemilihan lokasi dan penyediaan bahan baku, tenaga karyawan terlatih untuk menjalankan bisnis," kata dia.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Mana Lebih Baik, Beli Rumah Bekas atau Mencicil via KPR? |
Sementara itu, Andi merinci cara-cara dalam memilih waralaba yang menguntungkan.
Pertama, pilih waralaba yang berizin resmi dari pemerintah sesuai bisnis yang dijalankan.
Kedua, pilih waralaba yang bisnisnya sudah beroperasi paling tidak tiga tahun. Lebih bagus lagi, minimal lima tahun.
"Hal ini untuk memastikan bahwa bisnis tersebut mampu bertahan dan berjalan dengan baik untuk jangka panjang. Karena tidak jarang ada bisnis-bisnis yang bahkan baru setahun sudah gulung tikar," ujar Andi lebih lanjut.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Membuka Usaha Jastip |
Ketiga, pelajari dan pahami skema business plan yang ditawarkan guna memiliki gambaran estimasi berapa lama akan balik modal, meraih keuntungan, dan menghindari rugi.
Keempat, pilih waralaba yang produknya memang diminati oleh pasar yang ingin dituju.
Sebagaimana suatu bisnis, akan selalu ada risiko bisnis tersebut tak berjalan dengan baik. Budi mengingatkan ada masa puncak pendapatan bisnis dan ada masa-masa bisnis lesu, terutama saat daya beli masyarakat menurun atau produk sudah tak diminati konsumen.
Maka, hal yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan membeli waralaba tetap seperti saat Anda memulai cabang suatu bisnis. Artinya, kata Budi, harus memperhatikan kesesuaian tren produk dengan konsumen, zaman, dan daya belinya.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Apa yang Harus Diperhatikan saat Beli Rumah dengan KPR? |
"Peluang pertumbuhan di masa yang akan datang juga menjadi nilai plus," ujar dia.
Kemudian, Budi menyarankan untuk memperhatikan kemampuan modal serta apakah ada biaya-biaya lain yang perlu diperhatikan saat menjalankan bisnis, terutama di awal-awal masa membangun.
Pasalnya, bukan tidak mungkin bahwa antara omzet dan biaya operasional bisnis belum memadai sehingga terjadi defisit.
Oleh sebab itu, Budi tidak menyarankan memulai bisnis yang belum memiliki track record dalam berbagai kondisi ekonomi, apalagi dengan dana modal utang.
"Karena pinjaman utangnya sudah pasti harus dibayar berikut bunga, namun omzet di masa awal mungkin belum dapat mengejar biaya operasional," jelas dia.
"Perlu juga pembeli franchise memiliki exit plan. Kapan kiranya akan memutuskan untuk berhenti sebelum kerugian yang lebih besar apabila bisnis tidak sesuai rencana," sambung Budi.
Andi juga merinci beberapa risiko yang perlu diantisipasi jika ingin membuka usaha waralaba.
Pertama, risiko merugi karena penjualan tidak sesuai harapan.
Kedua, risiko merugi akibat mismanagement pengelolaan bisnis.
Ketiga, risiko merugi akibat kurangnya bimbingan dan pendampingan pihak prinsipal terhadap mitra bisnis dalam menjalankan bisnisnya.
Keempat, risiko kerugian akibat salah satu pihak, entah prinsipal maupun mitra bisnis, yang mengingkari isi kontrak perjanjian.