Harga Minyak Tergelincir, Pasar Waspadai Kondisi Konflik Timur Tengah

CNN Indonesia
Senin, 15 Jan 2024 11:04 WIB
Harga minyak turun tipis pada Senin (15/1) karena pasar mewaspadai risiko gangguan pasokan di Timur Tengah.
Harga minyak turun tipis pada Senin (15/1) karena pasar mewaspadai risiko gangguan pasokan di Timur Tengah. (Foto: iStock/bomboman)
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak turun tipis pada Senin (15/1) karena pasar mewaspadai risiko gangguan pasokan di Timur Tengah menyusul serangan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menghentikan milisi Houthi Yaman menyerang kapal-kapal di Laut Merah.

Minyak mentah berjangka Brent turun 31 sen atau 0,4 persen menjadi US$77,98 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$72,36 per barel usai turun 32 sen atau 0,4 persen.

Harga minyak melonjak lebih dari 2 persen pekan lalu setelah pasukan AS dan Inggris melancarkan lusinan serangan udara terhadap pasukan Houthi Yaman, sebagai pembalasan atas serangan berbulan-bulan terhadap kapal-kapal Laut Merah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Minggu (14/1), milisi mengancam akan memberikan "respon yang kuat dan efektif" setelah AS kembali melancarkan serangan semalam, sehingga meningkatkan ketegangan.

AS kemudian mengatakan pihaknya menembak jatuh sebuah rudal yang ditembakkan ke salah satu kapalnya dari wilayah militan Houthi di Yaman. Presiden Joe Biden mengatakan Amerika Serikat telah mengirimkan pesan pribadi ke Iran mengenai serangan Houthi Yaman.

Beberapa pemilik kapal tanker menghindari Laut Merah akibat serangan tersebut, meskipun para pedagang masih mewaspadai tanggapan dan dampak Iran terhadap pengiriman di Selat Hormuz, titik penyempitan minyak paling penting di dunia.

Goldman Sachs melaporkan konflik Timur Tengah saat ini tidak mempengaruhi produksi minyak, namun premi risiko geopolitik menjadi pertimbangan harga minyak naik atau turun.

"Meskipun tidak mungkin terwujud dalam pandangan kami, kami memperkirakan bahwa harga minyak akan naik 20 persen pada bulan pertama gangguan di Selat Hormuz, dan mungkin akan meningkat dua kali lipat jika gangguan berkepanjangan," tulis laporan itu, dikutip Reuters.

Di Libya, masyarakat yang memprotes dugaan korupsi mengancam akan menutup dua fasilitas minyak dan gas lagi setelah menutup ladang berkapasitas 300 ribu barel per hari pada 7 Januari silam.

Di AS, perusahaan-perusahaan listrik dan gas bersiap menghadapi cuaca dingin ekstrem selama liburan akhir pekan Hari Martin Luther King, yang diperkirakan akan menyebabkan rekor permintaan gas sekaligus mengurangi pasokan dengan membekukan sumur.

[Gambas:Video CNN]

(pta/pta)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER