ANALISIS

Melihat Urgensi Impor KRL Baru yang Mendadak dari China

CNN Indonesia
Jumat, 02 Feb 2024 07:00 WIB
China kembali menikung Jepang di proyek pengadaan KRL di Indonesia. Pengamat menduga China menawarkan sejumlah kemudahan dibandingkan dengan Jepang.
China kembali menikung Jepang di proyek pengadaan KRL di Indonesia. Pengamat menduga China menawarkan sejumlah kemudahan dibandingkan dengan Jepang. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim).

Deddy pun membantah bahwa kereta cepat Whoosh kini menempuh sejumlah kendala.

"Sejauh ini saya lihat bagus-bagus saja. TIdak ada masalah. Kalau masalah prasarana. Ya mungkin ada. Saya lihat juga masalah safety-nya juga sudah bagus," ungkapnya.

Deddy menduga alasan pemerintah lebih memilih mengimpor kereta dari China ketimbang Jepang karena terdapat sejumlah kemudahan yang diperoleh jika memilih kereta China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemungkinan, karena kereta China itu lebih mahal, mungkin ada jaminan suku cadang. Atau mungkin garansinya waktunya lebih lama, mungkin bisa 10 tahun, 20 tahun garansi, misalnya," jelas dia.

Pertimbangan Harga

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno bercerita sebenarnya pemerintah pada awalnya memang ingin mengimpor KRL dari Jepang. Namun, kata dia, Jepang tak pernah membuat kereta untuk diekspor.

Menurut dia, Jepang tidak sanggup untuk membuat kereta yang diminta oleh PT KAI.

"Karena dia produksinya hanya di dalam negeri aja selama ini. Dan kemudian harganya juga tiba-tiba katanya mau (naik) 40 persen, kan enggak biasa (Jepang) menangani itu," kata Djoko kepada CNNIndonesia.com.

Djoko menjelaskan Jepang selama ini hanya membuat kereta di dalam negeri dan terbuka jika negara lain ingin membelinya. Namun, berbeda dengan China, ia menyebut Jepang tak pernah produksi kereta untuk negara lain.

"Karena dia enggak biasa. Dia enggak pernah ekspor. Hanya kebutuhan negaranya sendiri saja yang dipenuhi dia," ujarnya.

Hanya saja, Djoko berpendapat kemungkinan pemerintah tak memilih impor dari Jepang karena harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan harga kereta dari China.

"Kok lebih mahal, hitungannya pas terakhir katanya ada penambahan 40 persen itu dari harga itu, wah kok lebih mahal. Sementara dibandingkan China lebih murah. Dan China mau, dia after sales-nya seperti apa di permintaan-permintaan itu mau. Ya udah, yang penting untuk keselamatannya terjamin aja," jelas Djoko.



(del/sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER