Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI surplus sebesar US$2,02 miliar pada Januari 2024.
Meski masih surplus, angkanya jauh lebih rendah dibandingkan Desember 2023 yang surplusnya mencapai US$3,29 miliar.
"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (16/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surplus neraca perdagangan RI pada September 2023 ditopang oleh surplus pada komoditas non migas, yakni sebesar US$3,32 miliar.
Lihat Juga : |
Adapun komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral HS27, lemak dan minyak hewan nabati HS15, dan besi baja HS72.
Berikut perkembangan ekspor dan impor Indonesia sepanjang Januari 2024
Nilai ekspor Indonesia pada Januari ini tercatat US$20,52 miliar atau turun 8,34 persen dibandingkan Desember 2023. Sementara, secara tahunan nilai ekspor turun 8,06 persen.
Menurut Amalia, kontraksi ini didorong oleh penurunan ekspor non migas dan melanjutkan trend yang terjadi sejak awal tahun.
"Terutama pada kelompok barang bahan bakar mineral atau HS27, logam mulia dan perhiasan, dan mesin serta perlengkapan elektrik dan bagiannya" imbuhnya.
Tercatat, ekspor non migas turun 5,49 persen dengan nilai ekspor US$1,39 miliar.
Nilai impor Indonesia pada Januari 2024 tercatat sebesar US$18,51 miliar atau turun 3,13 persen dibandingkan Desember 2023.
Amalia menuturkan impor migas mencapai US$2,70 miliar pada Januari 2024. Angka ini turun sebesar 19,99 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Sementara itu, impor non migas mencapai US$15,81 miliar pada Januari 2024. Angka ini naik sebesar 0,48 persen dibanding bulan sebelumnya.
"Peningkatan impor non migas didorong oleh peningkatan komoditas mesin perlengkapan mekanis dan bagiannya. Kemudian bijih logam perak dan dan abu" katanya.