ANALISIS

Makan Siang ala Prabowo Butuh APBN Rp60 T di Tahun Pertama, Sisanya?

Lidya Julita Sembiring | CNN Indonesia
Jumat, 23 Feb 2024 07:28 WIB
Ekonom menilai Prabowo-Gibran masih meraba-raba dan tak realistis soal sumber dana makan siang gratis Prabowo yang nilainya besar.
Ekonom menilai Prabowo-Gibran masih meraba-raba dan tak realistis soal sumber dana makan siang gratis Prabowo yang nilainya besar. (Foto: AP/Vincent Thian)
Jakarta, CNN Indonesia --

Program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran masih 'buram'. Terutama, dari sisi anggaran yang belum ada kejelasan.

Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Budiman Sudjatmiko mengungkapkan program unggulan berbiaya Rp450 triliun jika dijalankan penuh 100 persen tersebut tak akan membebani keuangan negara.

Ia menyebut program makan siang gratis akan dilakukan secara bertahap. Pada tahun pertama, hanya membutuhkan dana sekitar Rp100 triliun-Rp120 triliun, sedangkan pembiayaan dari APBN hanya 50 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alokasi APBN yang dibutuhkan pada tahun pertama pelaksanaan program ini diperkirakan sekitar Rp50 triliun‐Rp60 triliun saja," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com.

Menurut Budiman, sisa kebutuhan anggaran atau setengahnya akan didapatkan dari penghematan hasil konsolidasi antara Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), UMKM dan koperasi. Ketiga lembaga itu direncanakan bertugas untuk menyusun kebutuhan bahan-bahan pangan yang dibutuhkan untuk program makan siang gratis.

"Dengan pendekatan gotong royong produksi pangan seperti ini, diperkirakan terjadi penghematan hingga 40 persen‐50 persen dari kebutuhan pembiayaan program dari sumber APBN," jelas Budiman.

Namun, konsolidasi yang dimaksud belum jelas akan seperti apa, dan bagaimana cara menghemat sisa dana yang dibutuhkan. Apalagi, nilainya cukup besar.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita menilai program makan siang gratis ini masih meraba-raba dan seakan sedang kucing-kucingan dengan masyarakat.

Menurut Ronny, jika memang menggunakan anggaran dari BUMDes, UMKM dan koperasi, maka artinya tetap menggunakan uang negara. Sebab, ketiga lembaga tersebut masih mengandalkan pembiayaan pemerintah melalui dana desa dan transfer ke daerah yang ada di APBN.

"Karena tak mungkin ketiga kelembagaan tersebut mendadak punya anggaran total Rp60 triliun dari langit jika tidak dari sumber resmi negara yang diperuntukkan untuk ketiga kelembagaan tersebut," ujarnya.

Ronny menilai kalau mengandalkan anggaran dari tiga kelembagaan itu, artinya akan ada penambahan dana dari pusat untuk ke daerah. Terlebih, skema konsolidasi yang dimaksud belum jelas bentuknya.

"Jika memang demikian, maka itu artinya anggaran desa akan ditambah, terutama untuk anggaran BUMDes. Lalu anggaran bantuan untuk UMKM dan koperasi juga naik," jelasnya.

Apalagi, Ronny melihat ketiga kelembagaan yang dimaksud belum cukup mandiri untuk membantu menyediakan pendanaan, tercermin dari kondisi saat ini yang masih membutuhkan topangan dari pemerintah pusat.

"Jelas tidak masuk akal narasi tersebut (konsolidasi BUMDes, UMKM dan koperasi), justru aneh dan lucu. Narasi pembiayaan makan siang gratis ini dari awal aneh-aneh. Narasi justifikasinya juga aneh-aneh, tidak satu narasi. Apalagi menggunakan tiga kelembagaan tersebut sangat rentan korupsi, karena ketiganya bukanlah lembaga dan institusi ekonomi yang teraudit secara resmi selama ini," ungkapnya.

Lanjut ke halaman berikut...

Sumber Pembiayaan Tak Realistis, Kemampuan APBN Terbatas

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER