Seperti Moro, Diah (47), seorang penjual pakaian di lantai LG mengaku pembeli ramai menjelang puasa. Diah mengaku keramaian pengunjung sudah terjadi sejak dua pekan lalu.
Meski begitu, ia mengatakan keramaian hari ini masih kalah dibanding periode yang sama tahun lalu. Diah menggambarkan secara kasar kalau tahun lalu pendapatan menjelang Ramadan bisa mencapai Rp60 juta. Sementara, saat ini mungkin cuma bisa sekitar Rp40 juta.
Menurutnya, penurunan itu terjadi tak lepas dari keberadaan marketplace atau belanja online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Efek TikTok sih kayaknya, habis ada TikTok agak sepi, (tapi untungnya) sekarang orang daerah mulai datang," ucap Diah.
Ia lantas berdoa semoga keramaian ini terus terjadi. Dengan begitu para pedagang bisa untung.
Maklum, belakangan Pasar Tanah Abang sempat sepi buntut serbuan barang murah di TikTok Shop.
Pemerintah saat ini telah melarang keberadaan TikTok Shop. Pasalanya, platform tersebut menggabungkan sosial media dengan marketplace. Padahal, hal tersebut diharamkan.
"Normal aja, semua orang jualan ingin ramai," kata Diah.
Naik ke lantai ground floor, suasana juga tetap masih ramai. Pengunjung di sini juga memadati beberapa kios yang menjajakan baju anak-anak.
Namun, beberapa kios tampak tutup. Sebagai gantinya, para pedagang yang masih membuka kios memanfaatkan rolling door yang tertutup untuk menggelar dagangannya.
Berdasarkan pengakuan sejumlah pedagang, kios-kios itu tutup karena beberapa pedagang libur di Minggu.
Naik lagi ke lantai 1, keadaan masih cukup ramai dan beberapa kios juga tutup. Para pedagang tetap gigih menawarkan barang yang dijual pada setiap pengunjung yang lewat.
"Gamisnya bu, silakan!" kata salah seorang pedagang.
Di lantai 3, kondisinya tak seramai di lantai-lantai sebelumnya. Pengunjung bebas lalu-lalang. Ada juga bocah-bocah yang bermain berlarian karena lorong antar tokok tak dijejali pengunjung.
Sementara, di lantai 3 suasana kembali ramai. Pemandangan di lantai ini dihiasi oleh pengunjung yang bertransaksi, tawar menawar, hingga pedagang yang kerepotan.
Namun, ada beberapa kios yang masih sepi pengunjung. Tampak pedagang di kios itu berusaha keras menarik perhatian pengunjung dengan memamerkan barang-barang jualannya.
Salah seorang penjualan pakaian anak dan dewasa di lantai ini bernama Arlen (24) mengatakan penjualan mulai meningkat jelang Ramadan. Menurutnya, hiruk-pikuk pengunjung memang selalu terjadi mendekati bulan puasa.
"Dibanding hari-hari biasa penjualan meningkat 80 persenan. Kalau hari biasa separuhnya saja susah dapat," kata dia.
Kendati, keluhan Arlen sama seperti Diah, yakni penjualannya tak seramai tahun lalu. Arlen mengaku tahu lalu pengunjung sangat ramai sampai-sampai ia tak bisa beristirahat demi melayani pembeli.
Hal tersebut pun berimbas pada omzet. Arlen menyebut omzet saat ini tak sebesar tahun lalu. Ia menduga penurunan in tak lepas dari fenomena belanja online.
"Tahun kemarin omzet bisa Rp7 juta, Rp8 juta, hingga Rp10 juta. Kalau sekarang Rp5 juta sudah gede banget," tuturnya.
Bergeser ke lantai 5,6, dan 7 suasana tidak bisa dibilang sepi maupun ramai. Pengunjung tetap terlihat lalu-lalang dan memadati beberapa kios. Meski tak berjejal, riuh rendah pengunjung dan pedagang tetap terasa.
Tat kala, naik ke lantai 8 atau food court, pengunjung sangat padat. Nyaris tak ada meja yang kosong, semua diisi oleh pengunjung yang ingin mengisi perut usai belanja atau sekadar mengaso.
Semua pedagang makanan, dari makanan luar hingga lokasi tampak sibuk meladeni pembeli yang lapar.