Para investor asing khawatir soal siapa yang menjabat menteri keuangan di kabinet Prabowo Subianto. Kekhawatiran itu muncul karena Sri Mulyani dikabarkan tidak akan masuk kabinet.
Kepala Ekonom Mitsui & Co. Global Strategic Studies Institute Harue Shimato mengatakan pasar modal Jepang memandang kemungkinan ketidakhadiran Sri Mulyani di kabinet Prabowo sebagai hal yang negatif. Absennya Sri Mulyani diprediksi dapat menyebabkan kekacauan keuangan di Indonesia.
Pasalnya, perempuan yang akrab disapa Ani itu telah melakukan reformasi untuk membersihkan Kementerian Keuangan, termasuk di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Ditjen Bea dan Cukai (DJBC).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepergiannya (Sri Mulyani) dari kabinet dapat memicu kekhawatiran bahwa korupsi akan kembali ke kementerian, yang dapat menyebabkan destabilisasi fiskal," kata Shimato, dikutip Nikkei Asia, Jumat (8/3).
"Di sisi lain, Anda tidak bisa selamanya bergantung pada Menteri Sri Mulyani dan perlu mempromosikan teknokrat muda secara internasional," tambahnya.
Sementara itu, Analis Utama Indonesia di Global Counsel Dedi Dinarto mengatakan mengingat reputasi Sri Mulyani dalam melakukan reformasi dan disiplin fiskal yang teguh, ketidakhadirannya di kabinet Prabowo dapat menimbulkan risiko yang signifikan terhadap stabilitas fiskal Indonesia.
"Kita harus mengharapkan dunia usaha dan investor untuk tetap memperhatikan siapa yang akan menangani portofolio pembiayaan. Dan apakah kebijakan fiskal berikutnya akan merugikan minat dunia usaha," katanya.
Mencoba meredakan kekhawatiran tersebut, Prabowo memuji manajemen ekonomi dan fiskal yang baik dan hati-hati di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membantu Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid, serta menjaga inflasi tetap rendah di tengah tantangan ekonomi global.
"Kami bertekad untuk mempertahankan lintasan ini," kata Prabowo di Mandiri Investment Forum di Jakarta, Selasa lalu.
Sementara itu, Jokowi dikabarkan meminta kepada Prabowo untuk mempertahankan beberapa orang kepercayaannya di kabinet, termasuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
(fby/pta)