ANALISIS

Perlukah Kereta Cepat Dilanjut Sampai Surabaya, Apa Untungnya?

Sakti Darma Abhiyoso | CNN Indonesia
Selasa, 23 Apr 2024 07:16 WIB
Pengamat transportasi meminta pemerintah membuat kajian matang sebelum melanjutkan kereta cepat ke Surabaya agar masalah di proyek Whoosh tak terulang.
Pengamat transportasi meminta pemerintah belajar dari borok dan cedera janji China di proyek Whoosh sebelum memutuskan untuk melanjutkan kereta cepat ke Surabaya. (Arsip KCIC).

Akan tetapi, Pengamat Transportasi Muslich Zainal Asikin punya pandangan berbeda. Ia melihat upaya pembangunan megaproyek ini malah berpotensi lebih banyak menimbulkan mudarat.

Muslich menegaskan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya tidak perlu digarap dalam waktu dekat. Ia menekankan tak ada alasan yang cukup kuat untuk memuluskan proyek tersebut.

"Tidak perlu digarap karena perencanaan yang benar juga belum dibuat. Perlu kajian yang sangat rasional, tidak sekadar keinginan penguasa yang emosional. Harus berdasar pendapat para engineer dan ahli agar 'musibah Whoosh' tidak berulang," kata Muslich.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara etika, pemerintahan era Jokowi mestinya tidak mengambil keputusan strategis yang tak perlu dan menimbulkan beban serta tugas. Kurang etis untuk era presiden berikutnya," pesannya kepada Jokowi Cs.

Berkaca dari Whoosh, Muslich menilai kereta cepat pertama milik Indonesia itu gagal di segala aspek. Bobrok Whoosh terlihat dari perencanaan, aspek finansial, tak direspons dengan baik oleh masyarakat, serta tidak menyelesaikan problem mobilitas Jakarta-Bandung.

Ia berpendapat ada pengalaman buruk yang ditinggalkan China dalam megaproyek Whoosh. Menurutnya, penyakit itu bisa kembali menjangkiti perpanjangan trase ke Surabaya.

"Potensi kendalanya luar biasa karena bisa menjadi proyek mangkrak dan menjadi 'proyek cacat investasi', apalagi kalau investornya asing, seperti China. Dalam kasus Whoosh, pengalaman dengan investor China bukan pengalaman yang baik. Di samping beban bunga yang sangat tinggi dibanding investor Jepang, ada kendala cedera janji investor China," tuturnya.

"Kerugiannya sangat banyak. Akan menimbulkan beban fiskal dan beban perekonomian Indonesia, dikaitkan dengan beban utang negara, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang pasti akan membesar, dan kondisi ekonomi Indonesia yang tidak baik-baik saja," sambung Muslich.

Ketimbang menggarap perpanjangan rute ke Surabaya, Muslich menyodorkan opsi lain. Ia memandang Presiden Jokowi lebih bijak jika sudi mereaktivasi jalur-jalur kereta api lama peninggalan Hindia Belanda.

Ia menyebut masih ada ratusan kilometer jalur warisan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat. Muslich juga menyinggung soal sengkarut perlintasan sebidang yang tak kunjung usai.

"Ada prioritas-prioritas pembangunan transportasi kereta api yang harus didahulukan, antara lain penghapusan pertemuan sebidang jalan kereta dan jalan raya serta reaktivasi rel atau jalur kereta yang sudah ada dengan panjang ratusan km," jelas Muslich.

"Masih banyak (pekerjaan rumah) penataan, perbaikan, serta optimalisasi jalur dan rute kereta api yang sudah ada sehingga pelayanannya (bisa) lebih baik. Urgensi untuk menghilangkan seluruh pertemuan sebidang antara rel kereta dengan jalan raya yang setiap tahun mengakibatkan kecelakaan terus-menerus terjadi dan (pemerintah) cenderung mengabaikan masalah keselamatan," tandasnya.

CNNIndonesia.com juga berupaya menghubungi Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal untuk meminta komentar terkait urgensi megaproyek ini. Akan tetapi, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan hingga tulisan ini tayang.



(agt)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER