Andi mengatakan langkah lain perlu untuk memilih saham dari perusahaan yang memiliki kinerja baik. Bila perlu, pilih lebih dari satu perusahaan.
"Belilah saham antara 3-7 emiten dari paling tidak 3 industri yang berbeda. Hal ini selain untuk membagi resiko, juga agar kita bisa belajar dengan lebih cepat perkembangan harga pasar dan potensi tiap industri," kata dia.
Selain itu, pastikan saham-saham yang dibeli dari perusahaan yang masuk kategori blue chip.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alasannya karena saham blue chip biasanya volatilitas harganya tidak terlalu ekstrem. Selain itu bagi yang ingin berlaku sebagai investor, saham blue chip juga termasuk rutin dalam membagikan dividen," jelasnya.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Plus Minus Menabung di Bank Syariah Dibanding Umum |
Senada dengan Andi, Perencana Keuangan Budi Rahardjo juga berpendapat bahwa sebelum memulai investasi saham perlu untuk mempelajari ilmunya terlebih dahulu, seperti menentukan profil risiko yang paling mungkin dan cocok untuk Anda.
Kemudian, perlu juga melihat kesiapan keuangan. Hal ini untuk menghindari dana yang digunakan tidak menggangu alokasi untuk kebutuhan.
Selain itu, ia menganjurkan untuk pemula sebelum masuk ke saham bisa juga berinvestasi di Reksadana.
"Mulailah dari yang mudah seperti misalnya memulai penempatan dana investasi dalam reksadana saham, di mana ada manajer investasi yang dapat mengelola dan memiliki pengalaman. Sambil sedikit-sedikit alokasikan dana khusus untuk investasi langsung ke saham untuk belajar," kata Budi.
Budi menekankan satu hal yang harus dijadikan pegangan dalam bermain saham adalah jangan pernah tergiur untuk mendapatkan untung dari investasi saham dalam waktu singkat.
"Kelola ekspektasi tingkat keuntungan yang realistis dan sebelum benar-benar melakukan penempatan. Coba juga dengan melakukan simulasi-simulasi pilihan saham untuk menguji kemampuan analisa," pungkas Budi.