Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamini ada sentimen negatif dari berita media asing terhadap Prabowo Subianto di balik pelemahan rupiah belakangan ini.
Sentimen itu dalam berkaitan dengan pandangan pasar soal kemampuan pemerintahan Prabowo mengelola utang Indonesia nanti.
Meski demikian, ia menegaskan hal tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia hanya menegaskan bahwa investor sudah bersikap atas perkiraan kebijakan belanja pemerintah ke depan. Investor asing khawatir Indonesia bakal lebih ekspansif di kemudian hari sehingga defisit cenderung meningkat tajam.
Josua menyebut jika pelemahan nilai tukar rupiah ini tak segera diatasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tertekan.
Emiten yang mengimpor bahan baku kudu memikul biaya yang lebih tinggi, sehingga berpotensi menurunkan margin keuntungan dari perusahaan. Sebaliknya, perusahaan berorientasi ekspor bisa memperoleh keuntungan karena produk mereka lebih kompetitif di pasar internasional.
"Selanjutnya, pelemahan rupiah berpotensi mendorong keluarnya investor asing dari pasar saham domestik untuk menghindari risiko valuta asing," jelasnya.
Pelemahan rupiah juga berpotensi mendorong imported inflation. Pada akhirnya, tingkat inflasi nasional bakal terdampak.
Josua menyebut ujungnya daya beli konsumen akan sangat tertekan. Kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan makin berkurang akibat lonjakan biaya hidup.
Kalau dibiarkan terus menerus, hal ini bisa berdampak ke lonjakan angka kemiskinan. Di lain sisi perusahaan, pelemahan daya beli masyarakat tentu akan berdampak ke kinerja penjualan dan keuangan mereka.
Namun ia yakin, tekanan pada nilai tukar rupiah cuma bersifat sementara. Josua beranggapan sentimen selama ini sangat dipengaruhi pasar keuangan global.
"Ke depannya, dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid, yakni inflasi terkendali, kondisi keseimbangan eksternal tetap terjaga, prospek pertumbuhan ekonomi yang solid, potensi ruang penguatan dari nilai tukar rupiah dan pasar keuangan domestik akan lebih terbuka," tutupnya.