ANALISIS

Uji Ampuh Golden Visa, Umpan Baru Jokowi Betot Duit Asing Masuk RI

Lidya Julita Sembiring | CNN Indonesia
Jumat, 26 Jul 2024 07:16 WIB
Golden visa dinilai tak ampuh menarik investasi asing karena cuma pemanis, bukan pertimbangan utama investor masuk Indonesia.
Hot Money Rp5,3 M Bisa Kabur Kapan Saja. (Foto: Istockphoto/ Ipopba)

Menurut Ronny, golden visa bukan cara yang tepat untuk memperbanyak investasi masuk, melainkan memperbaiki permasalahan penyebab investor malas masuk ke Indonesia.

"Jadi, golden visa hanya basa-basi baru yang dikeluarkan pemerintah, yang menggambarkan betapa frustasinya pemerintahan ini untuk mendapatkan dollar dan FDI (Foreign Direct Investment). Namun, lagi-lagi tidak menyentuh masalah fundamental yang menjadi kendala dunia investasi kita," imbuhnya.

Ronny menilai permasalahan yang harus diperbaiki untuk menggaet lebih banyak investasi asing adalah menurunkan biaya investasi yang masih tinggi, menghilangkan praktik pungli dan korupsi, mempermudah proses pembebasan lahan, hingga memberikan kepastian berusaha agar investor tidak was-was.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena rendahnya kepastian berusaha yang membuat investor waspada, 'jangan-jangan suatu waktu akan dipaksa untuk divestasi dan diambil paksa oleh jejaring oligarki yang berlindung di balik kursi penguasa'. Ini karena buruknya watak birokrasi kita terkait dengan investasi baru, dan masalah lainya," jelasnya.

Memang, ia melihat akan tetap ada peminat golden visa di Indonesia, hanya saja jumlahnya tidak signifikan dan terbatas. Sehingga ujung-ujungnya tidak akan terlalu berdampak pada peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) seperti keinginan Jokowi.

Kondisi ini tentu tak akan sebanding dengan kemungkinan risiko yang ditimbulkan, seperti terjadi penyalahgunaan izin tinggal hingga pencucian uang.

"Dan risikonya sangat tidak baik untuk masa depan investasi asing di satu sisi dan kredibilitas Indonesia di mata dunia di sisi lain. Jika sampai sebagian penggunanya menggunakan golden visa untuk money laundering, tentu akan semakin memperburuk citra Indonesia di mata investor asing yang benar-benar ingin serius berinvestasi di Indonesia secara lurus dan tulus," terang Ronny.

Senada, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga menilai golden visa belum tentu bakal menarik investasi masuk ke Indonesia dalam waktu dekat. Sebab, kebijakan ini disiapkan untuk mendorong masuknya family office ke Indonesia.

"Tidak bisa dipisahkan antara golden visa dan family office karena di berbagai negara yang jadi basis family office banyak orang super kaya yang meminta perlakuan imigrasi khusus," kata Bhima.

Bhima memberikan empat catatan jika Jokowi berambisi menarik investasi asing lebih banyak ke Tanah Air, salah satunya melalui peluncuran golden visa. Pertama, masa transisi pemerintah dinilai sebagai masa yang krusial sehingga sebagian bersikap wait and see dulu.

"Siapa menteri keuangan atau tim ekonomi pemerintahan Prabowo jadi pertimbangan penting karena mempengaruhi kepastian kebijakan investasi,"jelasnya.

Kedua, golden visa dinilai hanyalah pemanis untuk menarik investasi. Tapi pada akhirnya investor akan mempertimbangkan kesiapan infrastruktur, kedalaman pasar keuangan, daya saing industri dan tingkat kerumitan birokrasi.

"Di sini letak persaingan ketat dengan negara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia," imbuhnya.

Ketiga, perlindungan data pribadi dan data transaksi keuangan menjadi perhatian utama. Kasus kebocoran data PDN tentu akan jadi catatan bagi calon penerima golden visa untuk memindahkan asetnya ke Indonesia.

"Intinya banyak pertimbangan ya, dan golden visa bukan satu satunya cara untuk mendorong investasi masuk," kata Bhima.

Keempat, pemerintah dinilai perlu hati-hati karena investasi minimal Rp5,3 miliar bisa jadi hanya aset portofolio yang bisa ditarik kapan saja. Menyimpan uang dalam bentuk deposito, saham, obligasi pemerintah dan tabungan merupakan hot money.

Hot money merupakan dana asing yang bersifat jangka pendek yang mengalir masuk (capital inflow), sangat likuid sehingga bisa ditarik kapan saja. Beda kualitasnya dengan investasi di sektor manufaktur seperti membangun pabrik, yang jauh lebih menguntungkan dan memberikan efek berganda pada perekonomian.

"Begitu sudah dapat golden visa bagaimana pemerintah bisa melakukan pengawasan jika terjadi penarikan aset yang bersifat portfolio? Karena aset seperti investasi surat utang dan saham sangat liquid bisa keluar kapanpun," pungkasnya.

(pta)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER