79 Tahun Merdeka, Wajah Si Miskin dan Tak Sejahtera Masih Menghias RI

CNN Indonesia
Sabtu, 17 Agu 2024 11:50 WIB
Puluhan tahun Indonesia merdeka, masih ada kelompok masyarakat yang jauh dari sejahtera.
Puluhan tahun Indonesia merdeka, masih ada kelompok masyarakat yang jauh dari sejahtera. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Echa (26) menarik napas dalam saat memikirkan caranya mengelola keuangan di tengah mahalnya biaya hidup di Jakarta.

Bagaimana tidak, ia yang merupakan seorang perantau harus memutar otak mengelola gajinya yang hanya sedikit di atas UMR Jakarta atau sekitar Rp5,5 juta juta per bulan. Terlebih, ia tak hanya menanggung biaya hidup sendirinya, tetapi juga orang tua dan adiknya yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

"Tiap bulan kan ngirim uang buat orang tua di kampung, terus bantu biayai kuliah adik juga. Jadi ya gaji sebulan suka enggak cukup," kata Echa kepada CNNIndonesia.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Echa mengatakan pengeluaran terbesarnya adalah biaya makan yang bisa mencapai Rp1,5 juta. Kemudian biaya kos Rp1 juta dan transportasi Rp300 ribu.

Ia juga mengirimkan uang ke orang tuanya sebesar Rp1,5 juta dan cicilan uang kuliah sang adik Rp500 ribu.

"Ya sisanya paling Rp500 ribu - Rp700 ribu tiap bulan, itu juga kadang terpakai buat jajan dikit. Susah sih kalau mau nabung," katanya.

Gajinya yang hanya pas-pasan membuat Echa juga sulit kembali ke kampung halamannya, Pekanbaru. Untuk biaya tiket pesawat saja bisa menghabiskan kurang lebih Rp4 juta pulang pergi.

Alhasil, ia hanya bisa pulang ke kampung halaman dan bertemu keluarga dua tahun sekali.

"Kalau pulang kampung kan biasanya Natal sama Tahun Baru kan, itu kan ada bagi-bagi THR buat saudara-saudara. Jadinya harus ngumpulin duit banyak," katanya.

Hal senada juga dirasakan Linda (27) yang mengaku kesulitan dengan hidup hanya dengan gaji UMR atau Rp5,2 juta per bulan di ibu kota. Gaji yang ia terima biasanya dialokasikan untuk dikirim ke orang tua sebesar Rp1 juta, Rp1,2 kos untuk biaya kos serta pulsa dan internet, dan Rp1,8 juta untuk makan dan kebutuhan lainnya.

"Kerja sudah sekitar 3 tahun di berbagai tempat yang berbeda. Sedangkan tabungan belum terlalu banyak," katanya.

Karena itu, ia sebisa mungkin menekan pengeluaran yang tidak terlalu penting, seperti membeli jajan, kopi, dan membeli makan di luar. Selain itu, ia juga lebih banyak jalan kaki dan menggunakan transportasi umum meskipun sedikit lebih lama dan butuh tenaga lebih banyak.

"Kemudian, jika ada tawaran kerja sampingan per project, itu saya ambil untuk menambah sedikit2 pemasukan saya," katanya.

Echa dan Linda mungkin tidak masuk kategori orang miskin menurut perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS). Namun, kehidupan keduanya masih jauh dari sejahtera.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat 9,03 persen atau 25,22 juta orang per Maret 2024. Angka ini turun jika dibandingkan dengan Maret 2023 yang mencapai 9,56 persen atau 25,9 juta orang.

Garis kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp582.932 per kapita per bulan. Ini dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp433.906 (74,44 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp149.026 (25,56 persen).

Pada Maret 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,78 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.786.415 per rumah tangga miskin per bulan.

Artinya, penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai orang miskin. Namun, bukan berarti warga yang pengeluarannya di atas garis kemiskinan itu terbilang sejahtera.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Biang Kerok Sulitnya Menjadi Sejahtera

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER