ANALISIS

Menilik Sebab Investasi PLTP Lambat di Tengah Ambisi Transisi Energi

Lidya Julita Sembiring | CNN Indonesia
Kamis, 19 Sep 2024 08:07 WIB
Investasi PLTP lambat karena biaya investasi tinggi hingga ada dampak lingkungan. Bukan soal perizinan yang lama seperti kata Jokowi.
Investasi PLTP lambat karena biaya investasi tinggi hingga ada dampak lingkungan. Bukan soal perizinan yang lama seperti kata Jokowi. (Dok. Supreme Energy)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap salah satu penyebab pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berjalan lambat adalah proses perizinan yang lama. Padahal, potensi energi geothermal di Tanah Air mencapai puluhan ribu megawatt (MW).

Sebab, dari potensinya yang mencapai 24 ribu megawatt hanya 11 persen yang baru bisa digarap para investor.

"Potensinya ada 24 ribu megawatt. Sudah kita kerjakan, tapi kok tidak berjalan secara cepat," kata Jokowi saat membuka Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) ke-10 Tahun 2024 di JCC, Jakarta, Rabu (18/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, proses perizinan PLTP bisa memakan waktu sekitar 5 tahun sampai 6 tahun. Hal itu yang kemungkinan besar membuat investor ogah masuk karena harus menunggu lama untuk bisa memulai pembangunan.

"Kalau saya, ndak kuat saya. Meskipun banyak yang menyampaikan saya sabar, tapi untuk nunggu 6 tahun ndak kuat," imbuhnya.

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), embangkit berbasis panas bumi baru mengambil porsi 19 persen dari total pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional dengan realisasi kapasitas PLTP terpasang sebesar 2.360,3 MW pada 2022.

Indonesia sebagai negara yang berada di kawasan cincin api atau ring of fire memiliki sekitar 40 persen cadangan panas bumi dunia. Sehingga, seharusnya porsinya dalam EBT bisa lebih besar lagi.

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan masalah utama penyebab pembangunan PLTP lambat bukan proses perizinan yang membutuhkan waktu lama, melainkan karena biaya yang tinggi. Selain itu juga karena dampak yang ditimbulkan dapat merusak lingkungan. Karenanya, investor ragu untuk masuk.

"Investasi PLT Geothermal (PLTP) selain berbiaya besar, ternyata juga banyak menimbulkan masalah, terutama terkait lingkungan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar pembangkit.


Menurutnya, meski salah satu keunggulan PLTP adalah energi yang ramah lingkungan karena tanpa menghasilkan polusi atau nol karbon, tapi proses dalam mendapatkan energi tersebut dapat membuat kerusakan.

"Skema PLT Geothermal yang memecah batu di dalam perut bumi sehingga menimbulkan uap panas ternyata menimbulkan kerusakan lingkungan seperti kerusakan rumah dan sebagainya," jelasnya.

"Kemudian uap yang dihasilkan ternyata juga menimbulkan dampak kepada kualitas udara, sehingga produk pertanian jadi menurun kualitas dan kuantitasnya," imbuh Nailul.

Dengan kondisi ini, maka investor sangat mempertimbangkan untuk masuk ke sektor PLTP. Sebab, bakal ikut menanggung beban kerugian yang ditimbulkan.

"Maka secara ekonomi harusnya investor juga menanggung kerugian akibat pembangunan PLT Geothermal. Investor tidak akan tertarik memang dengan kondisi tersebut. Makanya pembangunan PLT Geothermal ya tidak akan berjalan dengan baik," terangnya.

Pembangkit Surya dan Nuklir Lebih Menarik

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER