Achmad mengatakan ada sejumlah posisi menteri strategis yang benar-benar harus diperhatikan Prabowo. Pertama, menteri keuangan (menkeu). Sosok yang dipilih menjadi menkeu harus memiliki integritas tinggi, kemampuan teknokratis, serta pandangan luas tentang bagaimana menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua, menteri perdagangan (medang). Pemilihan mendag penting untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok dan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global. Mendag harus memahami dinamika perdagangan internasional dan memiliki kemampuan diplomasi yang baik.
Ketiga, menteri investasi/kepala BKPM.Achmad mengatakan menteri yang kompeten di bidang investasi sangat dibutuhkan untuk menarik investasi asing dan domestik yang berkualitas, mendukung sektor-sektor strategis, dan menciptakan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilihan menteri ini katanya harus cermat untuk memastikan bahwa kebijakan investasi sejalan dengan visi pembangunan ekonomi yang inklusif.
Keempat, menteri industri (menperin). Kementerian Perindustrian katanya harus dipimpin oleh tokoh yang berkomitmen pada pembangunan industri yang berkelanjutan, sehingga mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.
"Prabowo harus memilih menteri ekonomi yang tidak hannya memiliki pengetahuan dan kompetensi, tetapi juga integritas dan komitmen pada pembangunan ekonomi nasional yang adil dan berkelanjutan," imbuhnya.
Sementara itu, Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan sebisa mungkin Prabowo tidak memilih menteri ekonomi dari kalangan orang politik praktis. Menurutnya, pasar akan jauh lebih percaya kepada orang profesional yang mampu mengelola keuangan dengan baik.
Bahkan menurutnya orang-orang yang merupakan tim pemenangan Prabowo-Gibran seperti Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan Menteri Investasi Rosan Roeslani tidak tepat jika masuk ke tim ekonomi pemerintah.
Nailul menilai beberapa nama yang mulai diisukan menjadi menteri keuangan seperti Budi Gunadi Sadikin yang saat ini menjabat sebagai menteri kesehatan, Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sebenarnya cocok-cocok saja. Namun yang perlu menjadi catatan adalah, ketiga orang tersebut berlatar belakang perbankan.
"Orang moneter ngurus fiskal ya bubar kebijakannya. Investor akan jauh lebih percaya menkeu di tangan Chatib Basri ataupun Bambang Brodjonegoro jika Sri Mulyani tidak lanjut," imbuhnya.
Selain menkeu, Nailul menilai posisi yang juga strategis adalah menteri perdagangan, menteri investasi, menko perekonomian, dan menteri ESDM yang harus diisi oleh orang yang tepat.
Ada tiga nama menurutnya yang harus dipikirkan ulang untuk diangkat kembali, yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, hingga Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Ketiganya memiliki kinerja yang tidak sesuai dan harus bertanggung jawab atas perekonomian Indonesia yang kini stagnan di 5 persen.
"Khusus untuk Bahlil, orang yang sudah tidak benar dan keblinger tentang kebijakan investasi dan hilirisasi, ngapain juga dipertahankan. Akan timbul masalah-masalah baru seperti lingkungan dan konflik ketika Bahlil ditunjuk lagi, apalagi soal ESDM," katanya.