Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengakui kinerja sektor industri di Indonesia sedang mengalami sejumlah masalah belakangan ini.
"Kita tidak men-deny bahwa realita ada beberapa masalah dari beberapa industri ini, maka ini yang perlu untuk kita tangani," ujar Bendahara Negara itu dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (13/11).
Kendati, wanita yang akrab disapa Ani itu menegaskan permasalahan yang menimpa sektor industri tidak mencerminkan keseluruhan aktivitas ekonomi secara makro. Hal itu dikarenakan serapan tenaga kerja masih terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun ini tidak selalu juga mencerminkan keseluruhan atau episode-episode tertentu di dalam perekonomian kita yang memang perlu untuk kita terus perhatikan," tutur Ani lebih lanjut.
Ia memaparkan dengan pertumbuhan ekonomi 4,95 persen, masih terjadi serapan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 4,79 juta orang hingga kuartal III 2024.
"Penduduk Indonesia yang bekerja naik menjadi 144,6 juta. Kalau yang bekerja naik dan tambahan angkatan kerja berarti angka pengangguran turun," jelasnya.
Ani pun sebelumnya memaparkan bahwa kinerja manufaktur Indonesia tumbuh 4,72 persen secara tahunan di kuartal III 2024. Secara rinci, industri makanan dan minuman tumbuh 7,3 persen, industri logam dasar tumbuh 12,4 persen, dan industri elektronik tumbuh 7,3 persen.
Sementara itu, Ani mengatakan untuk sektor padat karya yang belakangan menjadi sorotan karena maraknya penutupan pabrik juga cukup mengalami pertumbuhan.
"Kita lihat untuk industri TPT yaitu tekstil dan produk tekstil tumbuh 7,4 persen, (industri) alas kaki 10,1 persen growth-nya, dan industri furnitur masih tumbuh 6,8 persen, ini di kuartal III 2024," ujar dia.
"Jadi beberapa industri yang even padat karya dilihat dari catatan kuartal III 2024 relatif masih tumbuh cukup sehat atau cukup baik," imbuh Ani.