ANALISIS

Menyibak Alasan Prabowo Diet Ketat APBN, Pangkas Duit Pemda Cs Rp306 T

Lidya Julita Sembiring | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jan 2025 07:56 WIB
Alasan Prabowo pangkas anggaran KL dan pemda Rp306,69 triliun demi membiayai MBG hingga kabinet gemuk imbas hilangnya satu sumber pendapatan.
Solusi Darurat Imbas PPN Batal Naik. (Foto: iStockphoto)

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai ada beberapa faktor yang mendasari Prabowo memangkas anggaran perjalanan dinas dan lainnya, mulai dari mencari dana membiayai program MBG hingga pembentukan kementerian baru.

Pasalnya, sumber pendapatan negara yang direncanakan bertambah dari kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai tahun ini nyatanya batal diterapkan karena panen kritik dan penolakan. Akhirnya, pungutan PPN 12 persen hanya menyasar barang mewah.

"Proyeksi penerimaan pajak yang tadinya diekspektasikan bisa meningkat dari kebijakan tarif PPN 12 persen itu harus berubah, mengingat pemerintah melakukan penyesuaian untuk kebijakan tarif PPN 12 persen yang baru, di mana tarif ini nantinya tidak berlaku untuk semua barang ataupun aktivitas jasa," kata Rendy.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal dampaknya diet APBN ini ke perekonomian, kata Rendy harus dilihat lebih rinci ke mana dana yang dipangkas ini akan dialihkan. Apakah nanti anggaran perjalanan dinas yang dipangkas dialokasikan untuk belanja lain atau tidak. Jika pemangkasan belanja perjalanan dinas dialokasikan untuk bansos, subsidi hingga infrastruktur, maka efek guncangannya tidak akan besar ke perekonomian.

Meski begitu, Rendy mengakui bahwa kebijakan pemangkasan belanja perjalanan dinas KL dan Pemda ini akan berdampak besar bagi industri pariwisata, seperti perhotelan dan restoran.

"Jadi berita buruknya perhotelan mulai harus berpikir untuk menurunkan proporsi tamu dari pihak pemerintah dengan catatan kebijakan ini berlanjut," jelasnya.

Ia pun berharap pemerintah bisa memberikan solusi terhadap para pelaku usaha yang berkaitan dengan kebijakan ini. Misalnya mendorong agar pariwisata Indonesia makin digandrungi sehingga potensi kehilangan potensi market dari konsumen negara bisa dikompensasi dari wisatawan domestik maupun mancanegara non pemerintah.

"Jadi untuk mengkompensasi kunjungan ke hotel dan penggunaan transportasi, pemerintah harus fokus pada kebijakan yang berkaitan dengan program pariwisata dan juga meningkatkan daya beli masyarakat secara umum," pungkasnya.



(pta)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER