Chairman and Founder CT Corp Chairul Tanjung (CT) mendorong hilirisasi yang dijalankan pemerintah Indonesia tak berhenti di tahap awal saja. Ia mendorong hilirisasi harus sejalan dengan industrialisasi.
Jika tidak, maka hilirisasi di Indonesia hanya dinikmati negara lain.
"Kita mendukung yang namanya hilirisasi. Cuma hilirisasi tidak sebatas hilirisasi. Karena kalau hilirisasi sebatas hilirisasi, yang menikmati adalah negara lain yang membangun industrialisasinya," katanya dalam acara Sarasehan Ulama NU di Hotel Sultan Jakarta, Selasa (4/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CT mengatakan hasil hilirisasi di Indonesia biasanya dibawa ke negara lain. Misalnya bijih nikel yang diolah di smelter yang ada di Indonesia kemudian langsung diekspor ke China.
Padahal nikel harusnya bisa diolah di dalam negeri menjadi 300 ribu produk seperti sendok hingga baterai kendaraan listrik.
"Nah 300 ribu produk ini lah yang jadi pabrik di China dan kita mengimpor barangnya lagi," katanya.
Karena itu, CT mengatakan hilirisasi harus dibarengi dengan industrialisasi. Dengan begitu Indonesia tidak lagi menjadi negara pengimpor tetapi pengekspor.
"Kalau impor meningkat, pertumbuhan ekonomi yang dicita-citakan enggak akan tercapai," katanya.
Pemerintah kerap menggaungkan hilirisasi karena menambah bisa menambah nilai tambah. Kementerian Investasi dan Hilirisasi mencatat jumlah investasi di sektor hilirisasi sebesar Rp407,8 triliun sepanjang 2024 atau naik 8,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/ yoy).
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani mengatakan realisasi investasi di bidang hilirisasi ini didominasi oleh sektor mineral, seperti smelter.
"Kita harapkan kinerja hilirisasi ini kami yakini terus meningkat karena ini memang menjadi salah satu program prioritas di bawah kepemimpinan bapak Presiden Prabowo," ujar Rosan di kantornya, Jumat (31/1).
Secara rinci, investasi masuk ke smelter sebesar Rp245,2 triliun yang terbagi ke nikel Rp153,2 triliun, tembaga sebesar Rp68,5 triliun, bauksit Rp21,8 triliun, dan untuk timah Rp1,6 triliun.