Saling Balas Tarif Impor AS dengan Kanada hingga China

CNN Indonesia
Jumat, 07 Mar 2025 10:00 WIB
AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump resmi menerapkan tarif impor sejumlah barang terhadap Kanada hingga China.
China dan Kanada membalas serangan tarif impor AS dengan kebijakan yang serupa. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN).

Serangan Balik China dan Kanada

China langsung membalas dengan mengenakan tarif 15 persen terhadap impor ayam, gandum, jagung, dan kapas dari AS.

Selain itu, China juga menerapkan tarif 10 persen terhadap produk seperti sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, produk laut, buah-buahan, sayuran, dan produk susu.

China juga mengambil langkah non-tarif dengan memasukkan 15 perusahaan AS, termasuk produsen drone Skydio, ke dalam daftar kontrol ekspor. Ini berarti perusahaan-perusahaan China dilarang mengekspor peralatan dual-use kepada mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menegaskan China akan "berjuang sampai akhir" jika AS terus memicu perang tarif dan perdagangan.

"Rakyat China tidak pernah takut terhadap tekanan dan ancaman," ujarnya, melansir CNN.

Selain itu, China juga menghentikan impor kayu dari AS, menangguhkan izin ekspor kedelai dari tiga perusahaan AS, serta memulai penyelidikan anti-dumping terhadap produk serat optik AS.

Di sisi lain, Kanada juga bereaksi keras. Perdana Menteri Justin Trudeau menyatakan negaranya tidak akan mundur dan langsung menerapkan tarif 25 persen terhadap barang-barang AS senilai 30 miliar dolar Kanada atau setara Rp341,83 triliun, serta tambahan 125 miliar dolar Kanada atau Rp1.279,64 triliun dalam 21 hari ke depan.

Barang-barang AS yang akan dikenai tarif termasuk produk susu, daging, biji-bijian, anggur, bir, pakaian, sepatu, kosmetik, motor, serta produk kertas dan pulp tertentu.

Trudeau juga mengancam akan menggugat kebijakan tarif AS melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

"Kami akan terus mempertahankan tarif ini sampai AS mencabut kebijakan mereka," tegasnya.

Gubernur Ontario Doug Ford bahkan mengancam akan memutus pasokan energi ke AS sebagai bentuk pembalasan.

"Jika mereka mencoba menghancurkan Ontario, saya tidak akan ragu memutus pasokan energi mereka, dan saya mendorong provinsi lain untuk melakukan hal yang sama," ujarnya.

Meksiko Siap Bertindak

Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan negaranya akan mengumumkan tarif balasan terhadap barang-barang AS serta langkah-langkah non-tarif pada Minggu (9/3) mendatang.

"Keputusan sepihak AS ini merugikan perusahaan nasional maupun asing yang beroperasi di negara kami, serta rakyat kami sendiri," ujarnya dalam konferensi pers di Mexico City.

Sheinbaum juga berencana berbicara langsung dengan Trump untuk membahas masalah ini.

Ancaman Perang Dagang Besar

Kebijakan tarif Trump berpotensi memperburuk ketidakpastian ekonomi AS. Data terbaru menunjukkan belanja konsumen di AS menurun secara tak terduga pada Januari, sementara inflasi masih tinggi.

Selain itu, kepercayaan konsumen mengalami penurunan terbesar sejak 2009, yang menandakan kekhawatiran terhadap perekonomian AS.

Trump sendiri mengisyaratkan ini baru awal dari kebijakan tarifnya. Ia bahkan mengancam akan segera menaikkan tarif balasan terhadap Kanada jika negara tersebut terus melakukan aksi serupa.

Tarif timbal balik AS yang akan menyesuaikan dengan tarif negara lain diperkirakan berlaku pada 2 April 2025, sementara tarif baja dan aluminium dijadwalkan berlaku pada 12 Maret.

Tak hanya itu, Trump juga mengisyaratkan kemungkinan tarif baru terhadap produk pertanian impor guna meningkatkan penjualan dalam negeri.

Jika direalisasikan, kebijakan ini akan berlaku mulai 2 April.

Sementara itu, ekonom dan pelaku bisnis di AS memperingatkan tarif ini dapat memperburuk kondisi ekonomi dan menaikkan biaya hidup bagi masyarakat.

Wakil Presiden National Foreign Trade Council (NFTC) Tiffany Smith menyatakan dukungan terhadap upaya AS dalam menangani aktivitas ilegal di perbatasan, tetapi mengkritik kebijakan tarif yang dianggap merugikan.

"Tarif ini akan menaikkan biaya bagi bisnis dan konsumen AS serta melemahkan pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya.



(del/sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER