Kisah Sono Kaktus, UMKM Lawan Kemiskinan Bareng Shopee

Anisa Dewi Anggriaeni | CNN Indonesia
Jumat, 28 Mar 2025 20:36 WIB
Sono Kaktus, UMKM di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat berjuang melawan kemiskinan dengan menjual produknya melalui marketplace dan media sosial.
Sono Kaktus, UMKM di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat berjuang melawan kemiskinan dengan menjual produknya melalui marketplace dan media sosial. (CNN Indonesia/Anisa Dewi Anggriaeni).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kaktus mampu bertahan hidup dan tumbuh di tengah padang pasir. Begitu pula dengan Sono Kaktus, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang berjuang di tengah kesulitan ekonomi.

Anggi Nindia, pemilik Sono Kaktus, dalam kesehariannya sibuk memberi arahan ke para pekerja. Dia juga ikut menata dan mengemas produk yang akan dikirim ke pembeli.

Di bulan suci ini, pesanan cukup membeludak karena konsumen beli dalam jumlah besar untuk suvenir pernikahan. Di Indonesia, beberapa orang memilih menikah di bulan Syawal, yang dianggap baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggi dan suaminya Agus merintis bisnis itu sejak 2018. Sono Kaktus fokus menjual kaktus sebagai tanaman, tanaman hias atau suvenir di platform Shopee dan media sosial.

"Aku ingin buka usaha yang memberi kebermanfaatan bagi orang-orang sekitar," ujar Anggi kepada CNNIndonesia.com, Minggu (23/3).

Usaha kecil-kecilannya ini juga menjadi semacam alat Anggi untuk turut melawan kemiskinan di daerah sekitarnya.

Anggi bercerita saat ini memiliki 17 tim inti yang berasal dari daerah Cicalengka.

Saat merekrut, syarat yang diajukan Anggi dalam mencari pekerja tak begitu sulit yang penting punya kemauan belajar dan tidak merokok. Maklum, rokok berbahaya untuk produk yang dia jual.

Setelah diterima, para pekerja Sono Kaktus tak cuma mendapat penghasilan tetapi pemahaman soal potensi diri, pelatihan, hingga manajerial bisnis dari Anggi beserta suami.

Selain tim inti, Anggi juga kerap memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya jika pesanan tak terbendung.

Para ibu-ibu ini akan mendapat tugas mengemas barang yang bakal dikirim ke konsumen.

"Jadi kalau ada orderan masuk aku hubungi ibu-ibu sekitar buat bikin kemasan. Ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan dan punya waktu luang," ungkap Anggi.

Dia menyadari betul UMKM saat ini menjadi motor penggerak ekonomi negeri dan menciptakan lapangan kerja baru.

UMKM juga punya peran penting dalam mengentaskan kemiskinan terutama di daerah.

Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UMKM) pada 2024 mencatat kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 61 persen.

Hasil nyata UMKM bagi pekerja di Sono Kaktus yakni membeli motor dan menyicil rumah melalui kredit perumahan rakyat (KPR).

Anggi begitu bangga sekaligus terharu. Bisnis yang dirintis bisa membantu memenuhi kebutuhan dan menyejahterakan pekerjanya.

"Melihat tim aku bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri itu sudah pencapaian banget buat aku," kata dia.

Saat ini, pendapatan kotor Sono Kaktus, kata Anggi, mencapai Rp130 juta hingga Rp140 juta per bulan.

Perjalanan Temukan Sono Kaktus

Situasi sulit menciptakan ide kreatif. Begitu kira-kira gambaran Anggi saat memulai berjualan kaktus pada 2018.

Ketika itu, dia masih kuliah semester 6 di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Anggi merasa perlu uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dia memilih untuk menjual kaktus sebab di masa itu bisnis tanaman tersebut belum banyak. Anggi berpikir ini peluang yang bercuan.

Di suatu siang yang terik saat mahasiswa-mahasiswi tampak riang berjalan memakai jubah dan toga, di situ pula Anggi mulai berjualan. Satu kaktus beserta pot kecilnya, dia banderol Rp15.000 hingga Rp30.000.

Keuntungan dari penjualan tersebut, kata dia, mencapai Rp600 ribu. Bagi Anggi angka ini begitu membahagiakan.

Anggi, didukung kekasihnya Agus, mulai berpikir untuk serius dan menekuni bisnis kaktus.

Sepasang kekasih itu lantas mencari tanaman kaktus ke petani di Lembang dan akhirnya bertemu Neneng, perempuan berusia 40-an. Dia terkejut Neneng bisa menjual kaktus hingga ratusan pengiriman dalam sehari.

Anggi tergerak mengikuti usaha Neneng. Dia memboyong tumbuhan itu ke kosnya di Cibiru hanya dengan motor. Jarak Cibiru-Lembang 25 km dengan jalan terjal dan kadang hujan.

Dia juga mulai berjualan di Shopee. Melalui platform ini, penghasilan Sono Kaktus terus bertambah.

Namun, usaha Anggi dan Agus diremehkan kerabatnya. Kedua orang ini tak ambil pusing, mereka terus mengembangkan Sono Kaktus.

Setelah lulus kuliah, Anggi meneruskan usahanya di Cicalengka, rumah dia. Saat ini, dia sudah memiliki green house atau rumah kaca untuk menanam kaktus. Meski punya cara mengembangbiakkan tanaman sendiri, dia ingin tetap menjalin relasi dengan petani Lembang.

"Untuk tanaman dan pengembangbiakan sebagian aku produksi sendiri, sebagian mengambil dari petani," ujar Anggi.

"Karena tujuan awalku ingin memberikan kebermanfaatan. Jadi aku biar membantu petani-petani Lembang untuk menjual barangnya."

 

Bersambung ke halaman berikutnya...

Lawan Lumpuh Ekonomi Bareng Shopee

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER