Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengusulkan anggaran subsidi LPG 3 kilogram (kg) sekitar Rp80 triliun hingga Rp87 triliun pada tahun depan.
Nilai ini hampir sama dengan APBN 2025 sebesar Rp87 triliun. Namun, naik dibandingkan outlook yang diturunkan menjadi Rp68,7 triliun.
"Rangenya untuk subsidi LPG, sampai dengan sekarang rangenya mungkin diangka sekitar Rp80 triliun sampai Rp87 triliun," ujar Bahlil usai Rapat dengan Komisi XII DPR RI, Senin (14/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk volumenya diajukan sebesar 8,31 juta metrik ton dalam RAPBN 2026. Angka ini lebih kecil dari outlook tahun ini sebanyak 8,36 juta MT.
Terkait LPG ini, Bahlil mengungkapkan saat ini tengah disusun Peraturan Presiden (Perpres) yang akan mengatur LPG Satu Harga.
Pengaturan ini juga dilakukan agar tak ada lagi permainan dalam penyaluran LPG subsidi, seperti manipulasi memindahkan dari tabung LPG 3Kg ke tabung nonsubsidi hingga harga jual ke masyarakat tinggi.
"Aturannya lagi dibahas, kalau sudah selesai baru akan kami sampaikan," pungkasnya.
Sebelumnya, Bahlil menyebutkan selama ini negara mengeluarkan anggaran yang sangat besar sekitar Rp80 triliun sampai Rp87 triliun per tahun untuk subsidi LPG 3 Kg agar masyarakat miskin bisa sedikit bernafas lega.
Namun, nyatanya di lapangan, yang menikmati LPG subsidi kebanyakan orang mampu. Selain itu, banyak penjual yang menetapkan harga tinggi sehingga tak jadi sejalan dengan niat pemerintah memberikan subsidi.
"Kalau harganya dinaikkan, dinaikkan, dinaikkan terus, antara harapan negara dengan apa yang terjadi tidak sinkron," kata Bahlil dalam Rapat Kerja Komisi XII, Rabu (2/7).
(ldy/agt)