Ekonom soal Fenomena 'Rojali' Warnai Ekonomi RI: Mirip Krisis 2008

CNN Indonesia
Jumat, 18 Jul 2025 14:53 WIB
Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih membuat fenomena rombongan jarang beli alias 'rojali' semakin marak.
Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih membuat fenomena rombongan jarang beli alias 'rojali' semakin marak. Ilustrasi. (markusspiske/Pixabay).
Manggarai Barat, CNN Indonesia --

Fenomena rombongan jarang beli alias 'rojali' semakin marak belakangan. Saat ini, bukan hal aneh jika melihat masyarakat datang ke mal hanya untuk cuci mata tetapi tidak mengeluarkan uangnya untuk belanja.

Tak heran, pertumbuhan konsumsi masyarakat cenderung melambat sejak awal tahun.

Berdasarkan data BPS, laju konsumsi pada tiga bulan pertama tahun ini hanya 4,87 persen atau di bawah periode yang sama tahun sebelumnya, 4,91 persen. Padahal, ada efek Ramadan dan Lebaran pada periode tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlambatan konsumsi juga tercermin dari penjualan eceran yang lajunya tak sampai 5 persen secara tahunan. Mengacu data Bank Indonesia, indeks penjualan riil (IPR) pada Januari 2025 hanya tumbuh 0,5 persen (yoy), Februari 2 persen, dan Maret 0,5 persen.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat fenomena 'Rojali' terutama dari sisi kelas menengah atas.

"'Rojali' ini memang kelihatan. Di mal-mal kan kita lihat," ujar David dalam Bank Indonesia Editors Briefing 2025 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Jumat (16/7).

"Orang Jakarta kalau ke mal biasanya makan saja, cari diskon, cafe yang diskon, apalagi sekarang ada e-commerce," sambungnya.

Menurut David, kelompok menengah atas masih menahan konsumsi. Padahal, kelompok tersebut menopang sekitar 70 persen konsumsi rumah tangga di Indonesia.

"Saya bertemu dengan beberapa supplier produk-produk luxurious seperti tas, arloji, mereka merasakan (penurunan minat beli) mirip-mirip krisis 2008," ujarnya.

Alih-alih belanja, kelompok masyarakat mampu lebih memilih untuk memarkirkan uangnya di beragam instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil yang tinggi.

"Giro aja ada yang (menawarkan) 7 persen, apalagi deposito. Terus juga yield SBN lumayan tinggi dan ada instrumen lain emas digital, emas biasa, perhiasan. Instrumen investasi posisinya lagi menarik bagi mereka (konsumen)," jelasnya.

Namun, David meyakini tren konsumsi semester II 2025 akan membaik dibandingkan paruh pertama. Terlebih, faktor ketidakpastian eksternal dari sisi tarif AS dan geopolitik mereda.

"Pemerintah juga belanja dan memberikan stimulus. Saya pikir, kondisi (konsumsi) semester II akan berbeda jauh dengan semester I secara keseluruhan.

Bank Indonesia (BI) juga meyakini konsumsi rumah tangga akan membaik seiring inflasi yang stabil hingga meredanya ketidakpastian global.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Juli Budi Winantya mengungkapkan optimisme itu ditopang oleh sejumlah faktor.
Pertama, daya beli masyarakat akan meningkat seiring inflasi yang stabil. Tahun ini, BI memperkirakan inflasi dalam kisaran 2,5 plus minus satu persen.

"Inflasi diperkirakan masih akan rendah dan stabil tentunya daya beli tidak akan tergerus sehingga daya beli akan tetap baik," ujar Juli di tempat yang sama.

Kedua, untuk masyarakat kelas menengah ke bawah, pemerintah juga masih memberikan dukungan dalam bentuk pemberian bantuan sosial (bansos).

Ketiga, perbaikan kinerja sejumlah sektor juga akan berdampak positif pada laju konsumsi ke depan. Sektor pertanian, misalnya, mendapatkan dukungan dari harga pembelian gabah yang lebih baik.

Keempat, ketidakpastian ekonomi global yang mereda juga akan berdampak positif pada konsumsi. "Confidence yang semakin membaik akan membuat ekspektasi untuk melakukan konsumsi rumah tangga juga akan semakin meningkat," jelasnya.

Kelima, ekspor Indonesia juga diperkirakan meningkat setelah AS menetapkan tarif impor asal Indonesia ke-2 terendah di ASEAN, yakni 19 persen.

"Apabila ekspor membaik tentunya akan memperbaiki pendapatan," jelas Juli.

[Gambas:Video CNN]

(sfr/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER