Peritel Ungkap Biang Kerok Fenomena Rojali

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 06:27 WIB
Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) angkat suara soal fenomena rojali alias 'rombongan jarang beli' di pusat perbelanjaan.
Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) angkat suara soal fenomena rojali alias 'rombongan jarang beli' di pusat perbelanjaan. (Counselling/Pixabay).
Jakarta, CNN Indonesia --

Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) angkat suara soal fenomena rojali alias 'rombongan jarang beli' di pusat perbelanjaan.

Ketua Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan fenomena rojali terjadi lantaran perubahan perilaku masyarakat dari belanja ke toko langsung menjadi secara online.

Karena itu, toko fisik katanya hanya menjadi tempat konsumen melihat barang, tetapi membelinya dilakukan secara daring.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mal itu untuk showroom, lihat-lihat barang, megang, tapi dia pencet online," katanya di sela-sela acara konferensi pers Hari Retail Modern Indonesia (HARMONI) di Gedung Smesco Jakarta, Rabu (23/7).

Budi mengatakan pengusaha juga sudah mulai mengecilkan toko fisik yang dimiliki karena konsumen lebih suka belanja online. Namun, barang-barang yang dijual tetap disediakan untuk dijual secara online.

"Toko yang tadinya gede jadi kecil, tapi barangnya kami siap di gedung-gedung online," katanya.

Budi mengatakan fenomena rojali sebenarnya sudah terjadi sejak pandemi covid-19 di mana konsumen gampang belanja online. Sehingga masyarakat ke mall cenderung melakukan berbagai aktivitas di luar belanja di mall.

Misalnya bertemu dengan orang atau rapat di gerai bisnis makanan dan minuman.

Karenanya, ia mengatakan yang paling diuntungkan dari fenomena rojali adalah bisnis makanan dan minuman (food and beverage/ F&B).

"Karena kalau muter-muter pasti haus terus minum. Ada kenaikan omset F&B sebesar 5 sampai 10 persen," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriyatno mengatakan fenomena rojali memang disebabkan masyarakat lebih suka belanja online sejak pandemi covid-19.

Kemudian, ada kecenderungan masyarakat yang terbiasa di rumah selama pandemi, kini ingin berinteraksi lebih banyak. Karena itu, banyak mal yang mulai menyesuaikan konsepnya.

"Yang tadinya tempat belanja, sekarang udah mulai menyiapkan spot terkait rekreasi, hiburan, sampai interaksi sosial. Makanya kita lihat di ITC Mangga Dua, sudah mulai berubah, di lantai dasarnya sudah mulai banyak F&B," katanya.

"Memang yang diuntungkan sekarang F&B karena masyarakat rindu berinteraksi sosial," terangnya.

Ia pun membantah bahwa fenomena rojali menunjukkan bahwa masyarakat sekarang enggan belanja.

"Bukan berarti rojali tidak belanja. Yang terjadi di mal, masyarakat datang ingin berinteraksi sosial, kumpul keluarga, jalan-jalan, (lihat) barang bagus, checkout online," katanya.

[Gambas:Video CNN]

 

(fby/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER