Emiten Milik Toto Sugiri Tembus ARA Usai Melesat Nyaris 20 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 23 Jul 2025 19:55 WIB
Saham milik konglomerat Otto Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk, melesat 20 persen hingga menyentuh batas kenaikan maksimal yang diperbolehkan bursa (ARA).
Saham milik konglomerat Otto Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk, melesat 20 persen hingga menyentuh batas kenaikan maksimal yang diperbolehkan bursa (ARA). Ilustrasi. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia --

Saham milik konglomerat Otto Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), meroket hampir 20 persen dalam sehari hingga menyentuh batas kenaikan maksimal yang diperbolehkan bursa atau auto reject atas (ARA).

Pada penutupan perdagangan Rabu (23/7), saham DCII melesat 19,99 persen ke level Rp346.725 per saham.

Kenaikan setara Rp57.775 dari harga penutupan sebelumnya di Rp288.950 membuat saham ini tidak bisa bergerak lebih tinggi lagi, karena sistem bursa secara otomatis menghentikan transaksi beli ketika menyentuh batas ARA.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama satu bulan terakhir, harga saham DCII telah melonjak lebih dari dua kali lipat atau 134 persen. Dalam sepekan, kenaikannya mencapai 86,33 persen.

Jika dihitung sejak awal tahun, saham emiten data center ini sudah terbang hingga 723 persen.

Saham DCII baru kembali diperdagangkan setelah sempat disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Suspensi dilakukan karena adanya lonjakan harga yang terlalu tinggi dalam waktu singkat.

Otoritas bursa menyebut langkah ini diambil sebagai bentuk perlindungan bagi investor agar tidak terjebak dalam fluktuasi yang terlalu ekstrem.

"Suspensi dilakukan dalam rangka cooling down agar investor mendapatkan perlindungan terhadap transaksi saham di bursa," ujar Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Yulianto Aji Sadono dalam keterangan resmi di Keterbukaan Informasi, dikutip Rabu (23/7).

Sementara itu, pihak perusahaan menyatakan tidak mengetahui penyebab pasti dari lonjakan harga saham. Sekretaris Perusahaan DCII Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan pihaknya juga tidak menerima informasi atau tindakan tertentu dari pemegang saham besar.

"Perseroan mengkonfirmasi bahwa tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu," kata Gregorius.

Pada Februari lalu, saham DCII juga sempat melonjak tajam dari kisaran Rp46 ribu ke atas Rp150 ribu. Saat itu, manajemen menyampaikan sedang memproses rencana pemecahan saham (stock split) agar harga per lembar saham menjadi lebih terjangkau.

"Sebagaimana telah dikomunikasikan sebelumnya melalui surat permohonan persetujuan prinsip dalam rangka pemecahan saham pada 19 Februari 2025," jelas Gregorius.

Namun, hingga saat ini belum ada perkembangan resmi terbaru mengenai rencana tersebut.

Meskipun terus naik, perusahaan memastikan pengendali dan pemegang saham utama belum berencana menjual sahamnya.

CEO dan pendiri DCII Otto Toto Sugiri saat ini berada di jajaran 10 besar orang terkaya di Indonesia. Menurut Forbes Real Time Billionaires per 7 Juli 2025, kekayaan Toto mencapai US$6,8 miliar atau sekitar Rp110,5 triliun.

Ia kini menempati posisi ke-5, mengungguli nama-nama seperti Tahir, Marina Budiman, dan Dewi Kam.

Padahal, pada 2024, Otto Sugiri masih berada di posisi ke-26. Lonjakan kekayaannya ditopang oleh kinerja impresif DCII yang ia dirikan pada 2011, sebuah perusahaan pusat data (data center) yang menjadi penyedia infrastruktur digital bagi berbagai sektor, termasuk teknologi dan perbankan.

Dari sisi keuangan, DCII mencetak laba sebesar Rp418,84 miliar pada kuartal I-2025, naik 193,72 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Pendapatan juga tumbuh tajam menjadi Rp773,55 miliar, meningkat 118,26 persen secara tahunan.

DCII juga pernah tercatat sebagai saham dengan harga tertinggi di BEI, yakni menyentuh Rp16.050 per lembar pada 22 April 2025. Sejak IPO pada Januari 2021 dengan harga Rp420 per saham, nilai DCII sudah melonjak lebih dari 20 ribu persen.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER