BPS Ungkap Warga RI Ternyata Masih Doyan Belanja 'In This Economy'

CNN Indonesia
Selasa, 05 Agu 2025 18:45 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah data yang mengungkapkan ternyata warga Indonesia doyan belanja di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah data yang mengungkapkan ternyata warga Indonesia doyan belanja di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. (iStock/Yamtono_Sardi).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah data yang mengungkapkan ternyata warga Indonesia masih doyan belanja di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian.

Istilah 'in this economy' pun ramai digunakan warganet di media sosial. Istilah ini menggambarkan aksi menahan belanja karena perekonomian yang sedang lesu dan tidak menentu. Bahkan, muncul istilah Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya (Rohana) imbas minimnya pemasukan pedagang.

Namun, data-data yang diungkap Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud berkata lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPS bahkan mengklaim peningkatan konsumsi rumah tangga itu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terbang ke 5,12 persen year on year (yoy) pada kuartal II 2025.

"Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit tumbuh 6,26 persen secara yoy. Kemudian, pertumbuhan transaksi online dari e-retail dan marketplace sebesar 7,55 persen secara quarter to quarter (qtq)," kata Edy dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (5/8).

Edy juga melaporkan bahwa indeks penjualan eceran riil tumbuh 1,19 persen secara tahunan. Sedangkan nilai impor barang konsumsi meningkat sebesar 7,60 persen secara year on year.

Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga menyumbang 2,64 persen alias menjadi yang terbesar. Ini mengungguli sumbangsih komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 2,06 persen dan net ekspor 0,22 persen.

Kendati demikian, Edy tak berani menjawab tegas apakah hal tersebut menunjukkan pulihnya daya beli masyarakat Indonesia.

"Jadi, apakah daya beli sudah pulih? Kita hanya menyampaikan data, memang konsumsinya demikian. Jadi, ada hal baru yang mungkin belum pernah diungkap, fenomena adanya shifting dari belanja secara offline ke online," tuturnya.

"Kita memang mudah melihat fenomena secara langsung, offline. Tapi, yang secara online cukup sulit untuk bisa dilihat," imbuh Edy.

BPS juga menyinggung soal belanja pemerintah yang masih terkontraksi 0,33 persen di kuartal II 2025. Padahal, pemerintah sudah mulai membuka blokir anggaran sejumlah kementerian/lembaga (K/L).

Akan tetapi, Edy mengungkapkan alasan lain. Ia mengatakan penyebab utamanya belanja pemerintah yang negatif adalah tingginya pengeluaran pada 2024 lalu.

"Itulah kemudian di kuartal II 2025 ini belanja pemerintah, terutama belanja barang dan jasa memang masih negatif. Apakah tadi terkait blokir (anggaran) yang sudah dibuka? Memang kan tidak serta-merta begitu (buka) blokir semua bisa belanja. Mungkin ada proses barangkali ya. Ini memang tidak bisa disimpulkan, tapi bisa ditanyakan barangkali di K/L masing-masing," jelas Edy.

Secara total, ekonomi RI di kuartal II 2025 berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku adalah Rp5.947 triliun. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan senilai Rp3.396,3 triliun.

Jika dibandingkan dengan capaian kuartal II 2024 ketika ekonomi Indonesia tembus 5,05 persen, perekonomian di kuartal II 2025 tumbuh 5,12 persen yoy. Sedangkan secara kuartalan naik 4,04 persen.

"Kalau melihat pertumbuhan 5,12 persen yoy dan 4,04 persen qtq, maka kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2025 itu mencapai 4,99 persen," tutupnya.

[Gambas:Video CNN]

(skt/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER