Resah Beras Oplosan Ritel, Pembeli Pilih Belanja di Warung

CNN Indonesia
Rabu, 06 Agu 2025 20:20 WIB
Sejumlah pembeli beras premium mulai beralih belanja beras di pasar tradisional hingga warung gara-gara kasus beras oplosan ditemukan di ritel modern.
Sejumlah pembeli beras premium mulai beralih belanja beras di pasar tradisional hingga warung gara-gara kasus beras oplosan ditemukan di ritel modern. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim).
Jakarta, CNN Indonesia --

Yessica awalnya selalu percaya, beras premium dalam kemasan rapi di supermarket adalah pilihan paling aman. Ia terbiasa belanja kebutuhan dapur dan stok beras sekaligus saat mampir ke ritel modern.

Praktis, higienis, dan yang paling penting, terjamin kualitasnya. Namun, itu dulu, sebelum ramai kabar soal beras oplosan.

"Biasanya saya beli Sania yang 5 kiloan, sekalian groceries. Lebih praktis dan memang selama ini percaya aja sih karena kemasannya premium," ujar Yessica (30), pelaku usaha kuliner rumahan, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belakangan, kepercayaan itu mulai goyah. Sejak ramai pemberitaan soal dugaan beras premium oplosan yang justru banyak ditemukan di rak ritel, Yessica memutuskan beralih.

"Per Agustus ini, saya pindah beli ke warung kelontong dekat rumah," katanya.

Langkah Yessica bukan tanpa alasan. Satgas Pangan Polri baru saja menetapkan tiga orang dari PT Padi Indonesia Maju (PIM) sebagai tersangka dalam kasus pelanggaran mutu dan label beras.

Merek-merek terkenal, seperti Sania, Fortune, Sovia, dan SIIP ditemukan tidak sesuai standar mutu nasional. Mulai dari kadar air terlalu tinggi, bulir patah melebihi batas, hingga diduga mencampur beras kualitas berbeda.

Sejak itu, rak beras di minimarket dan supermarket mulai kosong. Banyak konsumen, termasuk Yessica, jadi berpikir ulang.

Yessica sempat mencoba beras jenis Petruk dari warung dekat rumahnya, dan justru merasa kualitasnya lebih baik.

"Saya pikir rice cooker-nya yang rusak karena berasnya cepat benyek. Ternyata setelah ganti ke beras warung, dimasak di rice cooker yang sama, hasilnya jauh lebih oke," tuturnya.

Soal harga? Hampir sama. Bahkan lebih murah. Ia membeli beras premium 5 kg di ritel Rp75 ribu, sedangkan beras di warung Rp70 ribu.

Pengalaman serupa juga dialami Innes (31), pegawai swasta yang juga ibu rumah tangga. Ia mengaku biasa membeli beras di minimarket karena sering ada promo.

Tapi dua bulan lalu, beras yang ia beli cepat bau dan lembek, padahal cara memasaknya seperti biasa.

"Setelah muncul isu soal beras oplos, jadi curiga kalau beras yang waktu itu kita makan beras oplosan karena berasnya jadi jelek banget. Akhirnya jajal beli di pasar tradisional," ucap Innes.

Meski awalnya ragu karena beras curah tidak dikemas rapi seperti di ritel, Innes mengaku terkejut dengan hasilnya. Namun ternyata, beras yang ia beli di pasar justru lebih enak, bersih, dan tidak berbau ataupun lembek.

Ia membeli beras seharga Rp14 ribu per liter, yang menurut hitungannya justru lebih hemat dibanding beras kemasan 5 kg di minimarket yang bisa mencapai Rp74.500.

"Enggak tahu ya lebih percaya mana, so far beras di pasar tradisional pun ada kualitas, ada harga. Selama beli beras yang top 3-nya harga di pasar, kayaknya lebih enak daripada di ritel. Sementara enggak beli beras di minimarket/ritel dulu deh."

Ramai-ramai ke pasar

Pedagang pun melihat fenomena beralihnya pembeli beras dari ritel modern ke pasar. Jumlah pembeli beras di pasar bertambah setelah kasus beras oplosan.

Zainul, pedagang beras di Pasar Rumput, Jakarta Selatan mengatakan para pembeli mengeluhkan kualitas beras yang dibeli di ritel. Mereka menyebut beras menguning dan berair.

Para pembeli juga membeli beras di pasar karena stok beras habis di ritel. Beberapa produsen menarik barangnya dari ritel setelah kasus beras oplosan.

"Ada beberapa yang jadi datang ke sini karena di ritel kan ditarik-tarik (beras oplosan)," kata Zainul saat ditemui CNNIndonesia.com Selasa (5/8).

Meski begitu, ia tak mendapatkan kenaikan keuntungan secara signifikan. Zainul punya enam toko beras saingan di pasar itu. Para pembeli baru tersebar di tujuh toko itu.

Nurma, pedagang beras di Pasar Santa, Jakarta Selatan juga menuturkan kisah serupa. Ia bercerita ada saja konsumen yang beralih dari ritel modern akhir-akhir ini, tapi mereka belum mampir ke toko berasnya.

"Ada aja mungkin ya yang jadi beli beras di pasar tradisional, tapi kalau saya enggak terlalu ketemu gitu dia sebelumnya beli di ritel terus jadi ke sini," ujar Nurma.

[Gambas:Video CNN]

(del/dhf)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER