EDUKASI KEUANGAN

Mana Lebih Relevan Bagi Pasangan Gen Z, Beli Rumah Atau Kontrak?

Dela Naufalia Fitriyani | CNN Indonesia
Sabtu, 09 Agu 2025 10:05 WIB
Pasangan gen Z belakangan ini dihadapkan pada dilema soal hunian. Harga mahal dan juga lokasi membuat mereka menimbang lebih baik beli rumah atau mengontrak. (CNN Indonesia/ Harvey Darian).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga rumah di kota besar terus melambung, didorong keterbatasan lahan, pertumbuhan penduduk, dan tingginya permintaan.

Data pemerintah menunjukkan harga tanah di kawasan metropolitan tumbuh jauh lebih cepat dibanding kenaikan pendapatan. Hal itu membuat daya beli masyarakat atas hunian, terutama generasi muda, semakin tertekan.

Meski pemerintah telah menggulirkan program seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau bantuan uang muka, tantangan membeli rumah tetap besar bagi mereka yang baru memulai karier.

Kondisi ini memicu dilema di kalangan pasangan muda, khususnya generasi Z yang kini berusia 13-28 tahun.

Di satu sisi, rumah adalah kebutuhan dasar dan simbol pencapaian. Di sisi lain, harga yang tinggi, cicilan jangka panjang, dan lokasi yang kerap jauh dari pusat aktivitas membuat sebagian memilih menyewa.

Pertanyaannya, apakah membeli rumah di tengah situasi ini masih relevan, atau justru menyewa lebih masuk akal?

Menurut perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho, membeli rumah bagi pasangan Gen Z di kota besar masih relevan.

"Memiliki rumah sendiri masih tetap menjadi impian bagi sebagian orang. Entah sebagai wujud hasil jerih payah dan kerja keras, sebagai tempat beristirahat dan pulang bercengkerama dengan keluarga, atau bahkan juga sebagai bentuk prestige," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (7/8).

Namun ia mengingatkan tidak semua orang siap dengan konsekuensi finansialnya. Perasaan menyesal setelah mengambil KPR menurutnya wajar.

"Ketika kita mengambil KPR berarti kita akan terikat kontrak perjanjian jangka panjang yang bahkan bisa mencapai 15-20 tahun... kita harus mengorbankan berbagai kebutuhan lainnya termasuk untuk bersenang-senang dengan lebih leluasa karena dananya digunakan untuk membayar cicilan rumah," kata Andi.

Kondisi pasar membuat rumah yang lebih terjangkau umumnya berada di wilayah penyangga jauh dari pusat aktivitas kerja. Andi menyebut ini sebagai dilema.

Jika dekat dengan pusat kota, harga bisa jauh lebih mahal dengan ukuran kecil dan lokasi yang mungkin kurang nyaman. Jika mencari yang murah, jaraknya bisa jauh dari tempat kerja.

"Apabila sudah membeli rumah di daerah penyangga dan kemudian akhirnya tidak ditempati karena merasa terlalu jauh dari tempat kerja dan justru ngontrak rumah dekat tempat kerja, maka rumah tersebut bisa kita sewakan/kontrakan sehingga uang sewanya bisa menggantikan uang cicilan kita ke bank," sarannya.

Jadi, membeli atau menyewa?

Keputusan membeli atau menyewa menurut Andi harus disesuaikan dengan preferensi dan tujuan finansial setiap orang. Membeli rumah di lokasi jauh bisa dianggap sebagai investasi, namun membutuhkan kesiapan dana untuk uang muka (DP) sekitar 20 persen dari harga rumah dan komitmen cicilan bulanan.

Sebaliknya, jika prioritasnya adalah kemudahan dan jarak dekat ke tempat kerja dengan anggaran terbatas, menyewa rumah menjadi pilihan yang lebih masuk akal.

Perencana keuangan OneShildt Budi Rahardjo menekankan rumah adalah kebutuhan dasar, namun harga di perkotaan memang kerap sulit dijangkau, terutama untuk rumah tapak.

"Batasan nilai cicilan KPR yang sehat adalah maksimal 35 persen dari pendapatan rutin. Antisipasi naiknya tingkat suku bunga apabila mengambil KPR dengan bunga promo, karena ketika masa promo sudah berakhir apakah keuangan masih mampu untuk membayar cicilan tanpa merasa terbebani," ujar dia.

Budi juga menyarankan agar tipe hunian disesuaikan dengan kebutuhan. Jika jarak menjadi prioritas, apartemen atau rumah susun bisa menjadi alternatif dibanding rumah tapak.

Ia mengingatkan pula tentang konsekuensi biaya seperti pajak, perawatan, dan iuran lingkungan, yang harus diperhitungkan sejak awal agar tidak mengganggu arus kas.

Jika kondisi keuangan belum memungkinkan, Budi menyarankan untuk menabung terlebih dahulu atau membeli secara bertahap, seperti membeli tanah dan membangun rumah sedikit demi sedikit. Menyewa rumah dekat tempat kerja sambil menabung untuk membeli rumah di lokasi lain untuk masa tua juga bisa menjadi pilihan.

Kesimpulannya, bagi Gen Z di kota besar, membeli rumah masih relevan asalkan dilakukan dengan perencanaan matang, kesiapan dana, dan mempertimbangkan rencana hidup jangka panjang.

Menyewa bukan berarti rugi jika memberi keleluasaan finansial dan kenyamanan. Kuncinya adalah menyesuaikan keputusan dengan kemampuan dan prioritas, bukan sekadar mengikuti tren.

(agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK