EDUKASI KEUANGAN

Gaduh Rekening Dormant Diblokir PPATK, Nabung di Bank Masih Relevan?

Sakti Darma Abhiyoso | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Agu 2025 12:20 WIB
Pemblokiran rekening dormant yang dilakukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membuat kegaduhan dan memicu kepanikan masyarakat Indonesia.
Pemblokiran rekening dormant yang dilakukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membuat kegaduhan dan memicu kepanikan masyarakat Indonesia. Ilustrasi. (iStockphoto/west).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemblokiran rekening dormant yang dilakukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membuat kegaduhan dan memicu kepanikan masyarakat Indonesia.

Incaran PPATK adalah rekening dormant atau yang tidak aktif bertransaksi. Pemblokiran ditempuh untuk mencegah penyalahgunaan rekening dalam tindak kriminal atau ilegal. Jangka waktu rekening dormant adalah 3 bulan, 6 bulan, hingga 12 bulan sebelum akhirnya diblokir.

Padahal, selama ini banyak orang yang memang sengaja menabung di rekening perbankan. Para orang tua bahkan masih kerap mengajarkan anaknya untuk memperkaya diri atau mengamankan harta dengan cara menabung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana Keuangan Finante.id Rista Zwestika menyebut menabung di bank sejatinya masih diperlukan di zaman now. Akan tetapi, ia menekankan itu bukan satu-satunya cara untuk menjaga nilai aset atau harta.

"Solusinya (agar tidak dormant), rekening bank tetap dipakai untuk transaksi rutin, bukan untuk menyimpan 'diam-diam'. Kalau hanya untuk simpanan jangka panjang, lebih baik cari alternatif lain," tuturnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (1/8).

Rista menegaskan menabung di bank bukan sebuah kesalahan. Hanya saja, penempatannya harus dilakukan sesuai fungsi.

Ada 2 realita menabung di bank versi Rista. Pertama, uang di rekening bank memang tidak bertumbuh. Nilainya malah berkurang pelan-pelan karena tergerus inflasi.

Kedua, bank masih tetap dianggap penting untuk alat transaksi. Ini meliputi pembayaran listrik, belanja, menerima gaji, dan masih banyak lagi.

"Maka, idealnya rekening bank untuk kebutuhan harian dan transaksi," saran Rista.

"Menabung di bank itu masih penting, tapi jangan semuanya ditaruh di sana. Kita perlu cerdas membagi uang sesuai tujuan: ada yang buat harian (rekening aktif); buat darurat (e-wallet atau tabungan cepat cair); investasi; hingga kebutuhan jangka panjang dalam bentuk emas, properti, sukuk," tuturnya.

Ia mengatakan menyimpan uang tak harus dalam bentuk investasi agresif. Namun, tidak seluruhnya ditaruh di tabungan karena bakal menyusut imbas inflasi.

Ada setidaknya 4 tujuan yang bisa dipertimbangkan untuk mengelola keuangan.

Pertama, keperluan dana darurat yang bisa menggunakan rekening aktif atau e-wallet. Ini harus mudah diakses dan cepat dicairkan, di mana besaran idealnya adalah 3 kali-6 kali pengeluaran bulanan.

Kedua, untuk memproteksi nilai uang dengan emas atau logam mulia. Ketiga, menumbuhkan uang dengan lebih cepat melalui reksadana, saham, atau obligasi. Keempat, untuk membeli properti, pergi haji, atau dana pendidikan anak.

Rekening adalah Tempat Parkir

Perencana Keuangan Finansialku Luna Mantyasih Makarti menilai menabung di bank tetap relevan di era sekarang. Akan tetapi, ia menegaskan nasabah perbankan harus paham fungsi tabungan tersebut.

"Menabung di rekening bank tetap penting untuk tujuan likuiditas dan kebutuhan jangka pendek," ucapnya.

"Idealnya rekening bank digunakan untuk dana darurat (maksimal 12 bulan pengeluaran), transaksi harian dan bulanan, serta tempat parkir atau pengumpulan sementara sebelum dialihkan ke instrumen lain. Jadi, jangan menumpuk seluruh uang di bank untuk jangka panjang," saran Luna.

Luna mengakui ada salah kaprah dengan menabung di bank, apalagi kalau dijadikan satu-satunya strategi. Tabungan menjadi kurang optimal kalau uangnya tidak akan dipakai dalam waktu dekat.

Ia menegaskan rekening bank bukan tempat optimal untuk menumbuhkan uang. Pasalnya, rata-rata bunga bank kurang dari 1 persen di saat inflasi bisa tembus 3 persen sampai 4 persen setiap tahunnya.

"Belum lagi ditambah biaya administrasi. Nilai uang di rekening bank akan menyusut seiring waktu. Rekening sebaiknya dioptimalkan untuk mempermudah transaksi arus kas dan untuk menyimpan sebagian dana darurat," jelas Luna.

"Sedangkan untuk mengamankan nilai uang dan membangun kekayaan, investasi adalah solusi yang lebih relevan," sambungnya.

Menurutnya, dana darurat juga tidak harus seluruhnya disimpan di rekening tabungan. Luna mengatakan ada opsi diversifikasi ke aset likuid lain, seperti deposito dan reksadana pasar uang (RDPU).

Sementara, untuk menyimpan uang dengan tujuan proteksi nilai jangka menengah, Luna menyarankan untuk ditempatkan di reksadana pendapatan tetap atau surat berharga negara (SBN).

Ketika ingin menumbuhkan kekayaan jangka panjang, uang tersebut bisa disimpan dalam bentuk saham atau logam mulia.

[Gambas:Video CNN]

(sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER