Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mengatakan penerimaan dan belanja negara yang dipatok dalam Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 masih bisa dinaikkan.
Dalam RAPBN 2026, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mematok penerimaan negara senilai Rp3.147,7 triliun, sedangkan belanja negara dianggarkan Rp3.786,5 triliun.
"Dari sisi volume (belanja) Rp3.786,5 triliun ini sangat mungkin untuk naik. Karena kita melihat bahwa peluang untuk menaikkan itu sangat terbuka," katanya dalam special talkshow Nota Keuangan dan RAPBN 2026 yang disiarkan CNN Indonesia TV, Jumat (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya oleh CEO Trans Corp Chairul Tanjung (CT) apakah hanya belanja negara yang naik, Misbakhun mengatakan pendapatan negara yang dipatok Rp3.147,7 triliun juga bisa meningkat.
"Dua-duanya (belanja dan pendapatan). Kenapa saya katakan dua-duanya, karena kita melihat beberapa hari ini aliran modal masuk sangat tinggi ke Indonesia," katanya.
Prabowo menyampaikan pendapatan dan belanja negara yang dipatok dalam RAPBN 2026 di DPR RI pada sore ini.
"Arsitektur APBN 2026 dirancang sebagai berikut: belanja negara dialokasikan Rp3.786,5 triliun; pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp3.147,7 triliun," ucap Prabowo.
Sementara itu, Prabowo menetapkan defisit APBN 2026 adalah Rp638,8 triliun. Jumlah tersebut setara 2,48 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Ditopang pembiayaan yang prudent, inovatif, dan sustainable," tegasnya.
Jumlah belanja di tahun kedua pemerintahan Prabowo naik dibandingkan 2025. Pada tahun ini, sang Kepala Negara menganggarkan Rp3.621,3 triliun. Begitu pula dengan target pendapatan negara yang lebih besar, dari sebelumnya senilai Rp3.005,1 triliun di 2025.
(fby/pta)