Tak banyak crazy rich dunia yang merengkuh kejayaan dengan melalui pendidikan tinggi dan karir panjang di perusahaan orang. Nah, Vladimir Lisin ada di daftar yang sedikit itu.
Kesuksesan Lisin adalah paduan ketekunan mendalami dunia akademis dengan kegigihan meniti karier.
Ia merupakan taipan baja terkaya Rusia, dengan mengusai saham mayoritas Novolipetsk Steel (NLMK), produsen baja terbesar di Negara Beruang Merah. Pada 2024, perusahaan yang berbasis di Lipetsk ini meraup pendapatan $10,1 miliar pada 2024 atau setara Rp163 triliun (asumsi kurs Rp16.170 per dolar AS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mayoritas kekayaan Lisin berasal dari kepemilikan 79,3 persen saham di NLMK. Raksasa logam Rusia ini mengekspor baja ke Eropa, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan AS.
Selain dari Novolipetsk, kekayaan Lisin juga disumbang dari perusahaan miliknya yang lain, seperti operator fasilitas pelabuhan UCL Port dan perusahaan pelayaran VBTH.
Forbes menaksir kekayaan Lisin tembus US$26,5 miliar atau sekitar Rp429 triliun.
Ia lahir pada 7 Mei 1956 di Ivanovo, Rusia, dengan nama Vladimir Sergeevich Lisin.
Pada 1970-an, Lisin merih gelar teknik logam dari Institut Metalurgi Siberia. Usai lulus, Lisin memulai kariernya sebagai teknisi listrik di perusahaan tambang batu bara Siberia.
Ia kemudian beralih ke pabrik baja Tulachermet, menduduki berbagai posisi mulai dari operator pengecoran hingga manajer dan wakil kepala teknik pada akhir 1980-an.
Pada 1986, ia diangkat sebagai wakil kepala insinyur di perusahaan milik negara, Karaganda, di Kazakhstan Utara. Perusahaan ini merupakan produsen baja terbesar keempat di bekas Uni Soviet. Saat itu, Lisin juga mulai berdagang logam.
Lihat Juga : |
Ia pindah ke Moskow pada 1992 dan mulai bekerja dengan pengusaha Sam Kislin, seorang Soviet yang tinggal di Amerika Serikat (AS). Kislin merupakan pelopor dalam ekspor logam swasta berskala besar dari Rusia.
Lisin kemudian bergabung dengan sekelompok pedagang dalam Trans-World Group (TWG), perusahaan penjualan logam yang dipimpin oleh dua bersaudara, Mikhail dan Lev Cherney.
TWG pun berhasil menguasai industri baja dan aluminium Rusia. Ketika dua bersuadara tersebut bubar pada 2000, Lisin pun menerima 13 persen saham Novolipetsk Steel. Namun, ia ingin lebih dari sekadar bagian dari kerajaan baja, ia mengincar posisi ketua. Lisin lantas membeli 50 persen LNMK dari George Soros dan pemodal yang berbasis di Monako, Richard dan Christopher Chandler.
Pemegang saham utama yang tersisa adalah sesama oligarki Rusia, Vladimir Potanin, yang mengantongi 34 persen saham Lipetsk. Namun, kedua konglomerat ini bikin kesepakatan tertutup. Intinya, Lisin mendapat 34 saham milik Potanin.
Lihat Juga : |
Kepemilikan sahamnya di Lipetsk terus diakumulasi hingga ia menjadi pemegang kendali. Lisin menjabat ketua dewan direksi NLMK sejak 1998.
Duit yang dihabiskan Lisin untuk membeli Novolipetsk Steel sekitar US$400 juta atau setara Rp6,5 triliun. Sungguh pembelian yang bikin cuan karena pada 2004, Lisin menerima dividen dari LNMK sekitar US$370 juta atau sekitar Rp6 triliun.
NMLK juga menjual sahamnya di Bursa Efek London pada 2005. Lisin pun memanfaatkan dividen saham NLMK miliknya untuk berinvestasi sektor lain, mulai dari pelabuhan hingga transportasi dan pelayaran.
Pada 2012, ia merogoh kocek lebih dari US$5 miliar atau sekitar Rp80 triliun untuk mengakuisisi Freight One, operator kereta api terbesar di Rusia, lalu menjualnya pada 2023. Lisin juga pemilik Lisya Nora (Fox Lodge), salah satu kompleks lapangan tembak terbesar di Eropa, yang 40 kilometer di utara Moskow.
Masa sekolah Lisin pararel dengan kariernya. Sambil melanjutkan sekolah, ia terus menapaki jabatan yang lebih tinggi dari satu perusahaan ke lainnya.
Tahun 1984, ia menuntaskan studi pascasarjana melalui program korespondensi di Ukrainian Scientific Research Institute of Metallurgy (UKRNIIMET), salah satu pusat penelitian logam paling bergengsi di wilayah Soviet saat itu. Lalu di tahun 1989, Lisin meraih gelar MSc dalam teknik logam dari Central Research Institute of Ferrous Metallurgy, Moskow.
Tak melulu seputar metalurgi, Lisin memperkaya latar pendidikannya dengan mengambil diploma manajemen dari Higher Commercial School pada 1990, serta magister sains di bidang Ekonomi dan Manajemen dari Russian Presidential Academy of National Economy and Public Administration (RANEPA) pada 1992.
Belum puas belajar, Lisin pun mengejar pendidikan doktor di bidang teknik metalurgi dari Moscow Institute of Steel and Alloys pada 1997, sekaligus memperoleh PhD dalam ekonomi dari Russian Academy of Economics pada 2005.
Profesor ilmu ekonomi dan teknik ini telah menulis lebih dari 150 publikasi ilmiah, termasuk 16 buku tentang ilmu metalurgi. Ia juga mengantongi puluhan paten dalam ilmu metalurgi.
Lisin adalah sosok tertutup dan menghindari sorotan media. Ia diketahui sudah menikah dan memiliki tiga anak.
Lisin membeli Kastil Aberuchill yang dibangun pada abad ke-16 pada 2005. Properti seluas 3.300 hektare di dekat Comrie ini dibeli dengan harga $11 juta atau setara Rp178 miliar.
Kastil tua ini memiliki 13 kamar tidur dengan kamar mandi dalam, ruang biliar, lahan pertanian, dan selusin pondok di propertinya.
Crazy rich ini menikmati waktu luang dengan menemnak. Ia berburu burung belibis, rusa, atau sekadar memancing lahan miliknya. Terkadang, Lisin juga mendaki di hutan seluas 704 hektare dalam propertinya.
Lisin juga dikenal sebagai pehobi olahraga menembak. Hobi ini memikatnya sejak ia berusia remaja. Namanya juga Lisin, hobi saja ia tekuni serius, tak sekadar bisa. Bahkan, Lisin merupakan Master Olahraga Menembak Rusia.
Ia sempat menjabat Presiden Persatuan Menembak Rusia, federasi olahraga menembak nasional yang mencakup kelas Olimpiade dan non-Olimpiade. Pada 2009, Lisin terpilih sebagai presiden Konfederasi Menembak Eropa.
Karena kecintaannya olahraga menembak, Lisin membangun Clay Pigeon, salah satu pusat menembak terbesar di Rusia.
Masih ada hobi 'unik' Lisin lainnya. Jika miliarder lain suka berfoya-foya dengan membeli meg-yacht, real estate eksotis hingga mengoleksi mobil sport, nah hobi Lisin ini sedikit 'lebih sederhana'. Ia senang menikmati cerutu Kuba, yang harganya bisa mencapai ratusan dolar.
(pta/bac)