Sandwich generation harus pintar mengelola uang, apalagi jika masih bergaji upah minimum regional (UMR) atau upah minimum provinsi (UMP).
UMR yang dikantongi setiap bulan bukan hanya mesti cukup bagi diri sendiri, melainkan memenuhi kebutuhan orang tua serta anak. Tantangan tersebut bakal makin berat jika sandwich generation tak pandai mengelola uang.
Perencana Keuangan Finante.id Rista Zwestika mengatakan gaji UMR memang terasa bagai numpang lewat saja. Oleh karena itu, penting menyusun skala prioritas agar neraca keuangan tidak semakin bocor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tidak tahu risiko apa lagi yang akan terjadi ke depan. Intinya, tabung dulu, baru belanja. Kalau menunggu sisa, hampir pasti enggak ada," kata Rista kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/9).
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Mana Lebih Relevan Bagi Pasangan Gen Z, Beli Rumah Atau Kontrak? |
Ia kemudian memberi contoh alokasi gaji bagi sandwich generation.
Pertama, 50 persen sampai 55 persen sudah pasti dihabiskan untuk kebutuhan pokok, seperti makan, transportasi, biaya kontrakan, serta pulsa internet.
Kedua, sisihkan 10 persen-15 persen untuk orang tua atau keluarga. Rista paham bahwa sandwich generation mau tak mau mesti membantu keluarga, tapi usahakan nominalnya tetap. Andai jumlahnya tak menentu, kebocoran rentan terjadi.
Ketiga, alokasikan 10 persen dari gaji mentok UMR tersebut untuk tabungan atau dana darurat.
"Walau kecil, minimal Rp300 ribu-Rp500 ribu per bulan. Bisa dimasukkan ke tabungan khusus yang tidak digunakan untuk kebutuhan lain selain kondisi darurat. Bisa juga ke reksa dana pasar uang atau emas. Jika memiliki dana yang lumayan, bisa masuk ke deposito," tuturnya.
Keempat, proteksi dan investasi ringan di kisaran 5 persen hingga 10 persen. Ia mewanti-wanti setidaknya iuran BPJS Kesehatan jangan sampai putus. Beruntung jika perusahaan sudah menanggung pembayarannya.
Kelima, tak lebih dari 15 persen untuk melunasi cicilan atau utang. Rista berpesan besaran cicilan jangan sampai melebihi alokasi tersebut karena buruh bergaji UMR dipastikan bakal ngos-ngosan melunasinya.
Keenam, sekitar 5 persen untuk kebutuhan hiburan. Ia menyebut nongkrong dan jajan juga diperlukan agar mental sandwich generation tetap sehat.
"Banyak orang terjebak utang karena enggak punya dana darurat. Walau sandwich generation, dana darurat tetap wajib dicicil," pesan Rista.
Ia menegaskan sandwich generation dengan gaji UMR masih mungkin punya dana darurat, walau tidak langsung setara 6 bulan gaji. Caranya pun harus kreatif dan sabar.
Menyisihkan dana darurat bisa dimulai dari uang lembur, tunjangan hari raya (THR), atau bonus. Jangan pernah berpikir untuk menghabiskan tambahan penghasilan tersebut, harus langsung parkir di tabungan darurat.
Opsi lainnya adalah menabung kecil-kecilan alias dalam nominal receh, misal Rp10 ribu atau Rp20 ribu per hari. Meski terlihat sepele, cara tersebut bisa menghasilkan dana darurat Rp300 ribu hingga Rp600 ribu per bulannya.
Rista juga menyarankan untuk mulai memikirkan opsi side hustle. Jalan ini perlu ditempuh agar pekerja UMR tidak terus-terusan mengalami defisit dari bulan ke bulan.
"Karena kalau hanya mengandalkan gaji UMR, apalagi masih harus membiayai orang tua atau keluarga, hampir mustahil bisa nabung," jelasnya.
"Target side hustle bukan biar langsung kaya, tapi enggak defisit dan bisa mulai menabung sedikit demi sedikit," sambung Rista.
Lihat Juga : |
Ada beberapa opsi side hustle yang boleh dicoba, antara lain freelance hingga driver ojek online (ojol). Membuka jasa titip (jastip) juga bisa dilirik untuk menambah pundi-pundi uang Anda.
Sementara itu, Head of Advisory & Financial Planner Finansialku Shierly menegaskan pekerja UMR memang harus punya dana darurat. Minimal adalah 3 kali pengeluaran bulanan, lalu pelan-pelan ditingkatkan ke 6 kali sampai 12 kali.
Shierly menyarankan 5 persen dari gaji paling tidak dialokasikan untuk dana darurat. Caranya, langsung memisahkan uang tersebut di awal tanggal gajian.
"Atau bisa dengan menyisihkan secara mingguan. Misal, Rp50 ribu atau Rp100 ribu per minggu. Bisa alokasi ke aset yang aman, likuid, mudah diakses, namun terpisah dari rekening operasional atau tujuan keuangan lainnya," pesan Shierly.
"Alokasi aset untuk dana darurat bisa ditempatkan pada tabungan konvensional, tabungan digital, deposito, reksa dana pasar uang, dan emas logam mulia," imbuhnya.
Bagi pasangan suami istri, ia menegaskan harus ada lebih dari satu sumber penghasilan. Ini berarti side hustle di luar jam kerja kantoran menjadi penting.
Opsi lainnya adalah pasangan suami istri sama-sama tetap bekerja. Bisa juga istri memilih menjadi ibu rumah tangga sambil menjalankan bisnis online.
Di lain sisi, memanfaatkan aset juga tak kalah penting. Aset yang bisa dibuat produktif berpotensi menambah pundi-pundi penghasilan, misalnya dalam bentuk sewa rumah, kost, dan lain-lain.
"Sambil berusaha untuk meningkatkan penghasilan, yakni kejar promosi (atau) pindah perusahaan," saran Shierly.
"Buat anggaran pengeluaran dan catat pengeluaran, khususnya variabel yang paling sulit dikendalikan," tandasnya.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Investasi Aman dan Terhindar dari Scam |