Starbucks Tutup Ratusan Gerai dan PHK Massal Karyawan

Starbucks akan menutup ratusan gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di Amerika Utara.

Manajemen mengambil langkah signifikan ini untuk membalikkan kinerja keuangan yang tengah lesunya bisnis. 

Melansir CNN Business, CEO Starbucks Brian Niccol pada Kamis (27/9) mengumumkan bahwa Starbucks akan menutup ratusan gerai pada bulan ini sekitar 1 persen dari total gerainya.

Perusahaan sendiri memiliki 18.734 gerai di Amerika Utara pada akhir Juni, dan mengatakan hanya akan memiliki 18.300 gerai pada akhir September.

Perusahaan memperkirakan upaya restrukturisasi ini akan menelan biaya US$1 miliar.

Dalam surat kepada karyawan, Niccol mengatakan perusahaan melakukan peninjauan terhadap jaringan tokonya, dan lokasi yang ditutup adalah yang tidak mampu menciptakan lingkungan fisik yang diharapkan pelanggan dan mitra atau di mana tidak terlihat prospek kinerja keuangan.

Starbucks memang kerap menutup gerai karena berbagai alasan, termasuk kinerja yang buruk. Namun, Niccol menekankan bahwa langkah kali ini jauh lebih besar.

Meski akan ada ratusan penutupan gerai, Starbucks menyebut akan kembali ke fase pertumbuhan dan juga berencana merenovasi lebih dari 1.000 gerai. Tampilan baru Starbucks akan menampilkan kursi yang lebih nyaman, lebih banyak colokan listrik, dan warna yang lebih hangat.

Selain penutupan toko, Starbucks mengumumkan tambahan 900 PHK di level korporat, menyusul PHK1.000 karyawan pada Februari lalu. Karyawan yang terdampak akan diberitahu pada Jumat ini dan akan menerima pesangon serta paket dukungan yang cukup besar.

Selain itu, Nichol mengatakan banyak lowongan terbuka juga akan ditutup.

"Saya tahu keputusan ini berdampak pada mitra dan keluarga mereka, dan keputusan ini tidak kami buat dengan mudah. Saya percaya langkah ini diperlukan untuk membangun Starbucks yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih tangguh, yang memperdalam dampaknya di dunia serta menciptakan lebih banyak peluang bagi mitra, pemasok, dan komunitas yang kami layani," kata Nichol.

[Gambas:Video CNN]