Wamenperin Buka Suara soal Raksasa Tekstil Bandung Resmi Pailit

CNN Indonesia
Senin, 29 Sep 2025 20:56 WIB
Wamenperin Faisol Riza buka suara terkait raksasa tekstil asal Bandung, Jabar, PT Sejahtera Bintang Abadi Tekstile Tbk, yang resmi dinyatakan pailit. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja).
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza buka suara terkait raksasa tekstil asal Bandung, Jawa Barat, PT Sejahtera Bintang Abadi Tekstile Tbk atau SBAT, yang resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Jakarta Pusat.

Menurut Faisol, pihaknya telah memanggil asosiasi untuk mendengarkan masalah lebih lanjut dan mencari solusi agar tak terjadi PHK besar-besaran.

"Lagi dibahas, bersama asosiasi," ujarnya ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (29/9).

Mengutip CNBC Indonesia, PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) adalah perusahaan tekstil di Bandung yang berdiri sejak tahun 2003. SBA Textile memenuhi sekitar 1 persen kebutuhan tekstil nasional Indonesia dengan kapasitas 20.000 ton per tahun.

Perusahaan ini memproduksi benang ramah lingkungan dengan tujuan ekspor ke negara kawasan Asia, Eropa, Afrika dan Amerika Selatan.

SBA Textile dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Putusan tersebut tertuang dalam perkara No. 3/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN Niaga Jkt. Pst yang diputuskan pada 29 Agustus 2025.

"Menetapkan keadaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara (PKPUS) terhadap TERMOHON PKPU / PT SEJAHTERA BINTANG ABADI TEXTILE, TBK, untuk paling lama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak putusan a quo diucapkan dengan segala akibat hukumnya," tulis putusan tersebut.

Jatuhnya raksasa tekstil Tanah Air bukan hanya terjadi kali ini. Sebelumnya, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) juga mengalami nasib serupa karena tidak mampu membayar utang yang menumpuk dan dinyatakan pailit sejak Oktober 2024 oleh Pengadilan Niaga Semarang.

Kejatuhan Sritex disebabkan oleh pandemi covid-19 yang berdampak pada pemesanan produksi hingga saat ini. Utangnya diperkirakan mencapai US$1,597 miliar.

(ldy/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK