Hasil Perhitungan BNI soal Efek Kebijakan Rp200 T Purbaya

CNN Indonesia
Senin, 27 Okt 2025 06:30 WIB
BNI menyatakan kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menggelontorkan Rp200 triliun ke 5 bank negara memberikan dampak multiplier 1,58 kali ke ekonomi.
BNI menyatakan kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menggelontorkan Rp200 triliun ke 5 bank negara memberikan dampak multipler 1,58 kali ke ekonomi. (BNI).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT BNI Persero Tbk buka-bukaan soal hasil perhitungan mereka atas dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membongkar celengan negara Rp200 triliun di BI dan menggelontorkannya ke sejumlah bank negara.

Chief Economist BNI Leo Putera Rinaldy mengatakan berdasarkan perhitungan timnya, kebijakan itu bisa memberikan dampak berganda bagi ekonomi Indonesia sampai dengan 1,58 kali lipat.

Tapi, efek sebesar 1,58 kali lipat itu hanya berdasarkan dana yang ditempatkan Purbaya di BNI saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami coba hitung berapa besar multiplier penempatan SAL yang disalurkan Kementerian Keuangan ke kredit dan ekonomi berdasar yang diterima BNI sendiri. Perhitungan kami multiplier impact-nya ke ekonomi 1,58 kali," katanya saat diskusi media bertajuk "BNI Economic Perspective: Navigating Shifts, Building Resilience", di Jakarta, Jumat (24/10). 

Purbaya memang menggelontorkan celengan negara Rp200 triliun yang selama ini mengendap di BI ke sejumlah bank negara.

Mengutip keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 276 Tahun 2025 tentang Penempatan Uang Negara dalam Rangka Pengelolaan Kelebihan dan Kekurangan Kas untuk Mendukung Pelaksanaan Program Pemerintah dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonom, celengan negara Rp200 triliun itu ditempatkan di 5 bank negara.

Rinciannya;

1. BRI dapat Rp55 triliun
2. BNI dapat Rp55 triliun
3. Bank Mandiri dapat Rp55 triliun
4. BTN dapat Rp25 triliun
5. BSI dapat Rp10 triliun

Leo mengatakan berdasarkan data yang dimilikinya, dana Rp200 triliun itu sudah tersalur sampai dengan 60 persen atau sekitar Rp112 triliun-Rp114 triliun.

Meski baru 60 persen, penyaluran itu telah memberikan dampak ke pasokan uang.

Data Bank Indonesia menunjukkan  uang beredar dalam arti luas (M2) naik menjadi Rp9.771,3 triliun atau tumbuh sebesar 8 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2025.

Laju pertumbuhan lebih tinggi dari capaian pada Agustus 2025, yakni sebesar 7,6 persen (yoy).

Namun ia menilai peningkatan pasokan uang itu saja belum cukup.

"Akslerasinya dari fiskal spendingnya juga harus cepat,"katanya.

Selain soal efek dari kebijakan penempatan celengan negara di sejumlah bank negara, dalam kesempatan sama, Leo juga berbicara soal cara agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh tinggi dan merata.

Menurutnya, untuk bisa tumbuh tinggi dan merata, pemerintah harus menggenjot investasi. Pemerintah katanya, saat ini memang tidak boleh mengabaikan komponen konsumsi domestik.

[Gambas:Video CNN]

Hal itu perlu dilakukan karena saat ini konsumsi masyarakat menyumbang 54 persen ke kue ekonomi Indonesia. 

"Sekarang kita fokus ke konsumsi untuk memastikan momentum pertumbuhan ekonomi tetap solid karena peran konsumsi ini 54 persen tidak apa-apa, tapi ke depan kalau pemerintah ingin lebih tinggi, investasi harus dipush karena investasi ini yang memiliki mulitiplier effect besar," katanya.

Investasi yang didorong pun katanya, perlu diarahkan kepada yang efek penciptaan lapangan kerjanya tinggi.

"Untuk ini, mau tidak mau pemerintah harus melakukan reformasi struktural, perizinan usaha harus diperbaiki, infrastruktur harus diperbaiki, sumber daya manusia diperbaiki," katanya. 

(agt/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER