Purbaya Bandingkan Ekonomi Era SBY Vs Jokowi, Ini Perbedaan Besarnya

CNN Indonesia
Selasa, 28 Okt 2025 19:45 WIB
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pada masa SBY ekonomi RI bertumpu pada sektor swasta sehingga bisa tumbuh 6 persen, Jokowi pada BUMN yang 5 persen.
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pada masa SBY ekonomi RI bertumpu pada sektor swasta sehingga bisa tumbuh 6 persen, Jokowi pada BUMN yang 5 persen. (CNN Indonesia/Sakti Darma Abhiyoso).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membandingkan beda kekuatan ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan era Jokowi.

Pada masa Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata berada di kisaran 5 persen, dengan motor utama berasal dari belanja pemerintah.

Sebaliknya, di masa SBY, ekonomi tumbuh rata-rata 6 persen per tahun karena dorongan kuat dari investasi dan konsumsi swasta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita bandingkan, pada waktu zamannya Pak SBY, tax ratio itu sekitar 11 persen. Zamannya Pak Jokowi turun 10-10,5 persen, kira-kira 0,5-1 persen bedanya. Kenapa? Karena yang zamannya Pak SBY itu private sector yang jalan, zamannya Pak Jokowi BUMN dan government sector," kata Purbaya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (28/10).

Ia menjelaskan ketika aktivitas sektor swasta meningkat, otomatis penerimaan pajak juga ikut naik. Purbaya memperkirakan kebijakan yang tengah dijalankan saat ini berpotensi menaikkan rasio pajak sekitar 0,5 hingga 1 persen, tanpa perlu menambah beban pungutan baru.

"Kalau sekarang saya hidupkan lagi private sector, tax ratio saya akan naik setengah sampai 1 persen. Itu income tambahan ke saya Rp120 (triliun)-Rp240 triliun tanpa ngapa-ngapain," ujarnya.

Menurut Purbaya, kebijakan fiskal dan moneter yang sinkron akan menciptakan efek berganda di perekonomian. Ketika pemerintah mempercepat penyaluran dana dan memberi stimulus, masyarakat menjadi lebih optimistis dan konsumsi ikut meningkat.

Salah satu contohnya adalah kebijakan kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dinilai mampu memberi ruang bagi masyarakat untuk lebih banyak berbelanja.

"Dengan announcement efek aja mereka udah senang, karena merasa lebih kaya. Akan lebih berani belanja lagi," katanya.

"Jadi kebijakan mempercepat penumbuhan ekonomi adalah membuat semuanya orang senang, sekaligus menaikkan pendapatan pajak saya," tambah Purbaya.

Purbaya juga menyoroti perbedaan karakter pertumbuhan ekonomi di tiap periode. Pada masa SBY, pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 6 persen karena ditopang oleh ekspansi sektor swasta dan kebijakan moneter yang longgar.

Sementara itu, pada masa pemerintahan Jokowi, pertumbuhan rata-rata hanya sekitar 5 persen karena pergerakan ekonomi lebih banyak digerakkan oleh pemerintah dan BUMN.

"Anda lihat, laju pertumbuhan kreditnya zaman SBY itu 22 persen. Zaman Pak Jokowi cuma 7 persen, bahkan ada titik-titik di mana tumbuhnya nol," ujar Purbaya.

Dengan mengaktifkan kembali peran swasta dan mendorong kebijakan fiskal yang lebih produktif, ia yakin pertumbuhan ekonomi bisa kembali menembus 6 persen mulai tahun ini.

"Kalau saya hidupkan mesin swastanya, tahun ini ke depan 6 persen yang kita dapat. Jadi enggak susah-susah amat," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(del/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER