Merajut Asa UMKM Mendunia dari Ulos dan Secangkir Kopi Tanah Batak

CNN Indonesia
Kamis, 13 Nov 2025 16:33 WIB
Tanah Batak menyimpan banyak kekayaan dan warisan leluhur yang bisa membawa UMKM Indonesia mendunia.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sibolga Riza Putera mengungkapkan tenun ulos dan kopi merupakan komoditas unggulan dari 16 kabupaten/kota yang menjadi cakupan wilayahnya. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta).

Tak hanya ulos, kopi juga menjadi komoditas unggulan Sumatera Utara. Salah satu pengusaha daerah yang menggeluti bisnis kopi adalah Manat Samosir.

Sama seperti kebanyakan pemuda Batak lainnya, sejak kecil Manat sudah bersiap untuk mengadu nasib di ibu kota. Krisis moneter 1998 adalah titik balik hidupnya.

Kala itu, ia yang sudah bertahun-tahun bekerja di Jakarta terkena PHK. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kampungnya di Desa Sirisirisi, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sana, ia melihat halaman rumah tetangganya tengah menjemur biji kopi. Ia pun tertarik untuk menjadi pengusaha kopi.

Manat Samosir Pengusaha Kopi Sitalbak: Pengusaha kopi Sitalbak Manat Samosir di Kedai Kopi Sitalbak di Humbang Hasundutan, Rabu (5/11).Pengusaha kopi Sitalbak Manat Samosir di salah satu petak kebun kopi di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Rabu (5/11). (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta).

Ia pun mulai menanam kopi jenis Arabica di lahan seluas 0,5 hektare yang dimiliki keluarganya. Ia mendengar bahwa Kopi Lintong, kopi yang berasal dari daerahnya, tersohor di dunia. Kemudian, ia mendirikan CV Sitalbak Kopi.

Bersama 900 petani di daerahnya, ia mendirikan Koperasi Kopi Lintong di mana saat ini ia menjadi ketuanya.

Sekitar lima tahun lalu, petani kopi dari Koperasi Kopi Lintong mendapat pendampingan dari Kantor Perwakilan BI Sibolga. Materi pendampingan itu termasuk cara budidaya kopi yang berkelanjutan hingga pemberian bantuan bibit, alat pelubang tanah dan mesin sortasi.

"Ada 35 kelompok pembibitan kopi, itu pure dari pendampingan BI," ujar Manat saat ditemui di kedai kopinya pekan lalu.

Berkat pendampingan dan bantuan dari BI, daerahnya kini bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas dari biji kopi yang dihasilkan. Sebelum didampingi, produksi green bean dari daerahnya hanya 600 kg per tahun. Kini, produksinya bisa mencapai 2,5 ton per hektare per tahun.

Efeknya, pendapatan masyarakat pun meningkat. Saat ini, harga gabah kopi Rp60 ribu per kg. "Ada salah satu petani kami yang bisa menghasilkan 75 kg per dua minggu. Itu kami (Koperasi) membayar sekitar Rp4,2 juta, per bulan dia dapat Rp9 juta," ujarnya.

Manat mengungkapkan 90 persen Kopi Lintong dari koperasinya diekspor ke berbagai negara mulai dari Jepang China, Amerika Serikat, hingga beberapa negara di Eropa. Sementara, 10 persen sisanya baru di pasar dalam negeri.

"Kopi Lintong ini punya ciri khas. Sebelum masuk pameran pun sudah habis dari kebun. Saking tingginya permintaan kopi," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Kantor Perwakilan BI Sibolga Riza Putera mengungkapkan tenun ulos dan kopi memang merupakan komoditas unggulan dari 16 kabupaten/kota yang menjadi cakupan wilayahnya.

Hilirisasi kemenyan: Kemenyan dan produk turunannya.Kemenyan dan produk turunannya. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)

Pengembangan komoditas unggulan dan UMKM sendiri merupakan pilar dalam strategi pengembangan ekonomi daerah yang dirancang BI, selain pariwisata, ekonomi digital, dan pemasaran.

Menyadari peran penting UMKM dalam mendorong ekonomi, BI pun siap mendukung baik dari sisi hulu maupun hilir. Saat ini, setidaknya ada 50 UMKM yang menjadi binaan BI Sibolga.

"Kami melihat potensi pengembangan UMKM di wilayah kerja kami masih sangat luas. Karena kami melihat dari 16 kabupaten-kota itu baru menyumbang 16 persen dari perekonomian Sumatera Utara," ujar Riza.

Untuk UMKM ulos, misalnya, pihaknya memberikan pendampingan mulai dari peningkatan mutu, pengembangan produk turunan, pemasaran hingga penyediaan transaksi pembayaran secara digital.

Sementara, untuk kopi, BI memberikan pendampingan mulai dari bantuan bibit unggul hingga penerapan cara budidaya kopi berkelanjutan.

Saat ini, pihaknya juga menjajaki untuk mulai mendampingi UMKM kemenyan. Terlebih, wilayahnya dikenal sebagai salah satu penghasil kemenyan terbesar di dunia.

"Kami ingin mengajarkan petani-petani kita untuk hilirisasi kemenyan supaya jualnya itu tidak raw lagi tetapi ada nilai tambah. Kalau raw dijual Rp300 ribu per kg, tetapi dengan hilirisasi bisa sampai Rp1,5 juta per kg," jelasnya.

Riza meyakini agar UMKM daerah berkembang, masyarakat harus bisa menggali komoditas unggulan yang berakar dari daerah. Dengan cara itu, warga bisa meningkatkan ekonomi sembari melestarikan warisan dari leluhur.

"Kalau tidak berakar, saya rasa tidak akan langgeng," ujarnya.

(sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER