Pertamina Sisir 300 SPBU di Pantura, Pastikan Pertalite Bebas Etanol
PT Pertamina Patra Niaga menyisir hampir 300 SPBU di wilayah Pantura Jawa Timur (Jatim), meliputi Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Bojonegoro, hingga Malang.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra mengatakan pemeriksaan ini dilakukan bersama Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) yang memiliki kewenangan dan kemampuan dalam pengujian kualitas BBM.
"Saat ini kurang lebih kami sudah menyisir, hampir 300 SPBU sebetulnya di wilayah Pantura Jawa Timur. Mulai Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya dan sebagian ada di Bojonegoro juga, di Malang juga," tutur Mars Ega dalam keterangan resmi, Senin (3/11).
Ia menyampaikan pernyataan ini menyusul ramainya laporan kendaraan bermasalah setelah mengisi Pertalite di sejumlah daerah di Jatim.
"Terkait isu kontaminasi air di BBM Pertalite yang disalurkan di SPBU, kami dari Pertamina Patra Niaga tentunya all out dan memberikan atensi serius, agar hal ini jangan sampai menimpa menimbulkan keresahan, apalagi menimbulkan kerugian kepada masyarakat," ujar Mars Ega.
Mars Ega menjelaskan perusahaan menggunakan berbagai metode, yakni uji pasta air, pengukuran densitas, serta pengamatan kejernihan warna bahan bakar (visual clarity test) dalam pengecekan tersebut.
Hasil sementara menunjukkan tidak ada indikasi kontaminasi air, etanol, maupun zat lain dalam Pertalite yang dijual di SPBU Pertamina wilayah Jawa Timur.
"Apakah Pertalite saat ini mengandung etanol? Tidak mengandung etanol. Jadi tetap saat ini tidak mengandung etanol," tegasnya.
Lihat Juga : |
Koordinator Pengujian Aplikasi Produk Lemigas Cahyo Setyo Widodo menjelaskan pengujian itu dilakukan berdasarkan regulasi resmi standar dan mutu bahan bakar minyak jenis bensin RON 90 yang berlaku.
"Jadi itu acuan standarnya yang diacu di seluruh yang Indonesia itu adalah tadi saya sampaikan berapa kali standar dan mutu dalam kurung spesifikasi bahan bakar minyak jenis bensin (RON) 90. Itu jelas SK di Dirjen Minyak dan Gas Bumi Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017," kata Cahyo.
Ia menjelaskan terdapat 19 parameter yang diuji untuk memastikan kualitas Pertalite sesuai spesifikasi. Parameter tersebut adalah RON, sulfur, kandungan logam, oksigen, densitas, aromatik, hingga kejernihan visual bahan bakar.
"Itu kurang lebih ada 19 parameter. Yang pertama adalah ron, kemudian sulfur, kemudian ada kandungan logam, oksigen, density, aromatik, sampai ke visual density dan lain sebagainya," jelasnya.
Lebih lanjut, Cahyo juga menyampaikan pemeriksaan dilakukan mulai dari sampel yang ada di rantai distribusi bahan bakar, sejak penerimaan di terminal BBM, pengiriman menggunakan truk tangki, hingga ke SPBU di lapangan dengan total ada 16 sampel yang diperiksa.
Sebagian besar pengecekan awal dilakukan secara lapangan dengan metode visual clarity, pasta air, dan pengukuran densitas.
"Yang bisa dilakukan di lapangan yaitu dengan pasta air, kemudian visual, kemudian density. Yang lainnya semuanya harus di laboratorium," ujar Cahyo.
Hasil identifikasi awal Lemigas menunjukkan sampel Pertalite yang diambil dari SPBU dalam posisi 'on spec' atau sesuai standar. Artinya, BBM tersebut tidak terkontaminasi bahan apapun, termasuk air dan etanol.
"Jadi yang kami sampaikan tadi posisinya on spec, adalah sampel yang berada di situ, stok di SPBU. Nah, itu seperti itu. Karena apa? itu kan yang memang bisa kami secara aturan kita lakukan, ya," katanya.
Meski begitu, Lemigas tetap melanjutkan pengujian lanjutan terhadap sampel yang diambil dari bengkel dan tangki kendaraan masyarakat di laboratorium Lemigas di Jakarta untuk diuji lebih mendalam.
Pengujian terhadap sampel yang diambil berasal dari sepeda motor atau kendaraan masyarakat disebut masih dalam proses.
Adapun, Cahyo juga menegaskan Lemigas merupakan laboratorium independen sehingga tidak hanya menguji sampel milik Pertamina, tetapi juga berbagai produk migas dari hulu hingga hilir.
Namun, Lemigas mengaku tidak memiliki kewenangan untuk mengumumkannya secara langsung soal hasil akhir uji sampel BBM.
"Kami di laboratorium sebenarnya kami itu tidak pernah tahu itu sampel dari mana. Jadi, saya kira nanti yang bisa menjawab dari teman-teman Pertamina karena apapun hasilnya nanti akan kami sampaikan ke Pertamina sehingga nanti Pertamina lah yang punya hak itu," tegas Cahyo.
(fln/sfr)