Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan industri aluminium menjadi penerima manfaat harga gas murah khusus US$6,5 per MMBTU.
Saat ini, kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) itu dinikmati oleh 7 sektor, mulai dari pupuk, petrokimia hingga baja.
Direktur Industri Logam, Ditjen ILMATE Kemenperin Dodiet Prasetyo mengatakan usulan ini bertujuan untuk menekan biaya energi yang menjadi salah satu komponen biaya terbesar dalam proses produksi aluminium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sektor berbasis logam saat ini yang sudah mendapatkan fasilitas HGBT ini baru berbasis mesinan baja, sehingga harapannya bisa diperluas ke sektor non baja khususnya aluminium, sehingga bisa menurunkan biaya produksi dan dampaknya bisa meningkatkan daya saing atas produk aluminium dihasilkan," ujar Dodiet dalam acara Gathering Forum Wartawan Industri (Forwin) di Hotel Alana Sentul, Jumat (14/11).
Industri aluminium sampai saat ini memang masih membeli gas dengan harga pasar yakni sekitar US$12 sampai US$14 per MMBTU.
Sementara, Ketua Tim Kerja Industri Logam Bukan Besi, Direktorat Industri Logam Kemenperin Yosef Danianta Kurniawan mengatakan usulan tersebut sudah disampaikan ke Kementerian ESDM.
"Secara usulan juga sudah kami ajukan ke Kementerian ESDM. Tetapi untuk perluasan sektor atau penambahan sektor baru memang harus dibahas di level ratas (rapat terbatas dengan Presiden)," jelas Yosef.
Kendati demikian, Yosef menyebutkan saat ini implementasi HGBT bukan pada perluasan industri penerima, melainkan ketersediaan gas di dalam negeri. Pasalnya, dari 7 industri penerima saja, jumlah stoknya masih terbatas.
"Memang tantangannya mungkin terkait dengan ketersediaan supply sehingga memang saat ini HGBT masih terbatas di 7 sektor, belum ada untuk terkait dengan perluasan," terangnya.
Namun, apabila sektor aluminium bisa mendapatkan jatah HGBT, maka akan sangat membantu penurunan biaya produksi yang saat ini cukup tinggi.
"(Usulan) ini akan sangat berdampak positif bagi kinerja industri aluminium karena bisa menurunkan biaya produksi yang cukup signifikan, karena di sektor industri logam hulu itu mungkin secara margin tidak cukup besar tapi mereka lebih terkait dengan volume," pungkas Yosef.
(ldy/sfr)