PT Pertamina (Persero) mewujudkan inisiasi Project Multistage Fracturing (MSF) yang mendukung peningkatan produksi minyak dan gas kelolaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Langkah yang menjadikan Pertamina sebagai pionir penerapan teknologi Multistage Fracturing di Indonesia ini sekaligus bertujuan memperkuat swasembada energi nasional yang sejalan dengan Asta Cita. MSF juga disebut akan dapat membuka peluang optimalisasi cadangan energi nasional secara lebih efisien.
Dalam kunjungan kerja ke proyek MSF pada Rabu (12/11), Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri mengatakan, inisiatif ini selaras dengan mandat Presiden Prabowo Subianto kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serta Pertamina untuk meningkatkan produksi nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah saat ini terus mendorong Pertamina untuk meningkatkan ketahanan dan kedaulatan energi, salah satunya adalah semakin agresif meningkatkan produksi di hulu," ujar Simon di Riau.
Simon berharap, operasi di bisnis Pertamina bisa ditingkatkan, sehingga performa terus membaik dan efisien, dengan inovasi yang mengutamakan aspek keselamatan saat bekerja.
"Target tersebut akan terus diusahakan oleh Pertamina, di mana perusahaan akan melakukan banyak inisiatif agar produksi terus tumbuh," kata Simon.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh pihak terkait untuk terus bersinergi mendorong kedaulatan dan ketahanan ketahanan energi yang berujung pada swasembada energi bagi Indonesia.
"Saya apresiasi Perwira Pertamina dari Subholding Upstream, khususnya di PHR atas prestasi yang sudah ditorehkan pada saat ini. Terima kasih juga kepada anak-anak muda Indonesia yang terus berkontribusi memberikan karya terbaik untuk meningkatkan produksi migas nasional," tutur Simon.
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menyampaikan apresiasi atas capaian Pertamina sebagai pionir dalam penerapan teknologi MSF di Indonesia.
Menurutnya, keberhasilan ini menjadi bukti nyata kemampuan nasional dalam menguasai teknologi hulu migas yang selama ini banyak digunakan oleh perusahaan internasional.
"Inovasi yang dilakukan Pertamina melalui teknologi Multistage Fracturing ini menjadi lompatan besar bagi industri hulu migas Indonesia. SKK Migas mendukung penuh langkah strategis peningkatan produksi untuk sekaligus memperkuat kemandirian teknologi dalam negeri," kata Djoko.
Project Multistage Fracturing Menuju Swasembada Energi
Wakil Direktur Pertamina, Oki Muraza, menyampaikan bahwa proyek MSF berhasil menurunkan biaya sekaligus meningkatkan efisiensi operasional pemboran dan komplesi sumur.
"Melanjutkan keberhasilan di tahun 2024, tahun ini PHR melanjutkan pengembangan sumur horizontal MSF menggunakan teknologi yang jauh lebih efisien, perforasi menggunakan eksplosif dan sistem one-run plug and perf setiap stage-nya menggunakan smart coiled tubing. Konfigurasi ini menjadi yang pertama di Indonesia, menandai terobosan signifikan dalam efisiensi waktu, logistik, dan biaya operasi MSF," tutur Oki.
Proyek MSF diharapkan dapat direplikasi di seluruh Pertamina Group dalam percepatan pencapaian swasembada energi nasional. Oki juga memberikan apresiasi kepada para Perwira PHR atas kolaborasi lintas fungsi dan lintas perusahaan yang berhasil merealisasikan proyek ini secara optimal.
"Keberhasilan proyek ini menunjukkan kemampuan dan semangat inovasi anak bangsa dalam menguasai teknologi perminyakan berstandar global," katanya.
MSF merupakan teknologi mutakhir di industri migas untuk meningkatkan produktivitas sumur dengan menciptakan beberapa rekahan di sepanjang sumur horizontal. Teknologi ini memungkinkan pengambilan cadangan minyak dan gas bumi secara maksimal dari satu sumur horizontal sehingga produksi dapat meningkat signifikan.
Sebagai kelanjutan dari keberhasilan sumur MSF pertama pada 2024, implementasi MSF lanjutan dilakukan di sumur KB570, Lapangan Kotabatak, Zona Rokan, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Sepanjang 2025, PHR menargetkan tajak beberapa sumur Horizontal Multistage Fracturing (HZ MSF) di Lapangan Kotabatak dan Balam South East. Pada tahun 2026, target ini akan terus meningkat dan meluas, meliputi Lapangan Kotabatak, Bangko, dan Balam South East.
Capaian pengembangan program HZ MSF diharapkan terus meningkat setiap tahun dengan cakupan lapangan yang lebih luas, serta biaya pemboran yang semakin efisien.
Untuk tahun 2026, Pertamina menargetkan replikasi ke beberapa sumur MSF lain di berbagai wilayah operasi untuk memastikan sektor hulu migas tetap aman, efisien, dan produktif, juga memperkuat kemandirian energi nasional.
(rea/rir)