Sebanyak tiga anak Papua penerima beasiswa PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi menyandang gelar dokter setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran di universitas pilihan masing-masing. Beasiswa itu dikelola oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
Ketiga dokter tersebut adalah dr. Thalia Thomas Karupukaro sebagai dokter perempuan pertama dari suku Kamoro; dr. Christanto Beanal, dokter pria pertama dari suku Amungme; dan dr. Sephia Jangkup merupakan dokter perempuan pertama dari suku Amungme.
Director & Executive Vice President Sustainable Development PTFI, Claus Wamafma di Timika, Sabtu (22/11) menyampaikan apresiasi terhadap capaian ketiga anak Papua penerima beasiswa PTFI itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka membuktikan bahwa kerja keras, kedisiplinan, ketekunan, sikap yang adaptif, serta kegigihan dalam belajar telah mengantarkan mereka meraih cita-cita. Freeport Indonesia melalui program beasiswa turut bangga dapat menjadi bagian dari langkah besar anak-anak Papua terus berprestasi di tingkat nasional dan global," kata Claus,
Claus,mengatakan program beasiswa PTFI yang dikelola melalui YPMAK ini merupakan realisasi komitmen perusahaan dalam mendukung pendidikan untuk anak-anak Papua. Kolaborasi PTFI dan YPMAK bersama pemerintah akan terus mendorong pengembangan pendidikan bagi anak anak Papua dalam menggapai cita-cita mereka.
Program beasiswa YPMAK telah berlangsung sejak 1996. Hampir 30 tahun, beasiswa ini berjalan dengan dukungan penuh dari PTFI sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Kontribusi investasi sosial PTFI yang utama adalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur dengan prioritas pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia Papua. Penerima manfaat kontribusi adalah masyarakat Suku Amungme dan Suku Kamoro, yakni masyarakat asli yang tinggal di sekitar wilayah operasional PTFI, serta lima suku kekerabatan lainnya.
Ketua Pengurus YPMAK, Leonardus Tumuka menyampaikan ketiga dokter tersebut telah menunjukkan pencapaian yang luar biasa.
"Kami akan siapkan sumber daya manusia yang kuat melalui dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia untuk menghasilkan masyarakat yang lebih berkualitas, yang pada akhirnya mereka bisa menciptakan sesuatu yang bisa membantu masyarakatnya sendiri," kata Leo.
Thalia Thomas Karupukaro mendapatkan beasiswa sejak 2013 ketika masih duduk di bangku SMP di Tomohon, Sulawesi Utara, hingga menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Atma Jaya. Selama 12 tahun menjadi peserta beasiswa, Thalia mengalami berbagai perjalanan emosional, akademik, dan spiritual yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang tangguh.
Ada dua momen yang paling membanggakan dalam perjalanan beasiswa Thalia. Pertama, ketika ia terpilih sebagai salah satu wakil Sulawesi Utara untuk mengikuti lomba nasional bidang geosains hingga ke Padang.
"Saya bangga karena salah satu anak Papua bisa mewakili bidang geologi di tingkat nasional," kata Thalia.
Momen kedua ketika Thalia sudah menjadi mahasiswa kedokteran, yaitu saat seorang pasien kembali khusus untuk mengucapkan terima kasih kepadanya.
"Sesederhana itu, tetapi sangat membanggakan. Saya merasa benar-benar bermanfaat," tuturnya.
Thalia yang baru saja menyelesaikan studinya pada 4 November 2025 ini mengaku keinginannya untuk menjadi dokter begitu kuat karena sebagian masyarakat masih sulit mengakses layanan kesehatan. Dengan adanya beasiswa PTFI, jalannya menuju cita-cita menjadi terbuka.
"Beasiswa yang saya dapatkan ini sangat berpengaruh dan bisa menjadi pintu bagi semua generasi muda Papua untuk meraih mimpi yang lebih besar. Saya memilih menjadi dokter karena saya adalah anak yang tahu persis bagaimana susahnya layanan akses kesehatan di Papua. Saya ingin menjadi solusi dari masalah ini," kata Thalia.
Adapun dr. Christanto Beanal yang menyelesaikan studi kedokteran di Unika Atmajaya, kini tengah menempuh pendidikan S2 Manajemen Rumah Sakit di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang, Banten.
Christanto merupakan penerima beasiswa YPMAK sejak kuliah S1 Kedokteran hingga jenjang S2. Ia menekankan bahwa benefit beasiswa yang diterimanya tidak hanya berbentuk finansial, tetapi juga dukungan moral, emosional, dan psikologis.
"YPMAK menyediakan support system yang sangat berarti. Kami bisa berkonsultasi dengan kakak-kakak pembina, bukan hanya soal administrasi, tetapi juga untuk dukungan psikis dan emosional," katanya.
Menurut Christanto, salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan kedokteran bukan hanya materi akademik, tetapi juga kebutuhan akan support system yang kuat.
"Struggling di pendidikan kedokteran itu bukan cuma soal belajar, tapi tentang punya teman-teman sebaya yang mengerti perjuangannya. Kami saling mendukung, saling menguatkan," ujarnya.
Selain itu, dr. Sephia Jangkup yang lulus pada awal 2025 dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Sephia menerima beasiswa PTFI melalui YPMAK sejak duduk di bangku SMP hingga berhasil meraih gelar dokter.
Kini, Sephia menjalani program internship di RSUD Mimika. Ia mengaku bangga sekaligus terharu karena dapat membuktikan sesuatu yang penting bagi dirinya dan masyarakatnya. Kebanggaan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga sebagai inspirasi bagi generasi berikutnya di kampung halaman.
"Saya bangga bisa menunjukkan bahwa anak-anak dari Timika, khususnya dari suku Amungme dan Kamoro, bisa menjadi dokter," pungkasnya.
(rea/rir)