Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo menilai hasil Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) memberi ruang yang cukup positif bagi Indonesia.
Namun, menurut Hashim, capaian global pada pertemuan tersebut masih di bawah ekspektasi.
Penilaian itu ia sampaikan setibanya kembali di Tanah Air bersama delegasi RI beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk Indonesia menurut saya cukup bagus, tetapi harapan dunia dari COP30 sayangnya tidak tercapai," ujar Hashim dalam acara CNN Indonesia Sustainability Summit di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (26/11).
Lihat Juga :SUSTAINABILITY SUMMIT 2025 Hadiri Sustainability Summit, Hashim Tegaskan Komitmen RI Tekan Emisi |
Ia menyebut sejumlah media internasional melihat pertemuan itu belum menghasilkan terobosan besar bagi agenda iklim global.
Hashim menjelaskan posisi Indonesia yang kerap mendapat desakan komunitas internasional untuk melakukan penghentian total secara bertahap (phase out) bahan bakar fosil, mulai dari batu bara hingga minyak dan gas.
Namun, Indonesia tetap mempertahankan sikap menolak phase out dan memilih strategi pengurangan secara bertahap (phase down).
"Indonesia menolak desakan untuk phase out dari segala fossil fuels. Kita menganut prinsip phase down," katanya.
Lihat Juga : |
Ia menegaskan komitmen pemerintah menuju net zero emission 2060 atau lebih cepat, selaras dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto di forum internasional.
Meski begitu, Hashim menyebut pertumbuhan ekonomi tinggi sekitar 8 persen akan membuat emisi meningkat hingga 2029 akibat ekspansi industri, pembangunan, dan hilirisasi.
"Dengan high growth 8 persen atau lebih tinggi tidak mungkin kita bisa mengurangi emisi pada saat ekonomi meningkat," ujarnya.
Menurut Hashim, penurunan emisi baru akan mulai terlihat setelah 2030, ketika berbagai proyek energi bersih mulai berjalan penuh.
Program kelistrikan nasional yang mencapai 70 gigawatt disebutnya bakal didominasi energi terbarukan dan energi baru seperti surya, bayu, panas bumi, hingga nuklir, yang secara internasional dikategorikan sebagai energi hijau.
KTT Iklim COP30 digelar di Belem, Brasil, bulan ini untuk memperkuat kembali agenda global penanganan perubahan iklim. Indonesia hadir dengan membawa mandat transisi energi dan pengurangan emisi jangka panjang.
Sebagai tindak lanjut diskusi soal arah pembangunan berkelanjutan pasca-COP30, CNNIndonesia menyelenggarakan Sustainability Summit 2025: Navigating Growth in a Sustainable World After COP30.
Forum ini mempertemukan pemerintah, pelaku usaha, perbankan, kepala daerah, hingga praktisi lingkungan, dengan Hashim sebagai salah satu pembicara utama.
(sfr/sfr)