Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo mempertanyakan selisih besar harga karbon antara Indonesia dengan negara-negara maju.
Ia menyebut harga kredit karbon berbasis hutan di Indonesia yang hanya berada di kisaran US$8-US$10 per ton sangat jauh dibandingkan dengan Eropa yang bisa mencapai US$50-US$100 per ton.
"Harga nature-based kita kurang lebih US$8-US$10 per ton, tapi di Eropa US$50-US$60, bahkan di Sweden US$100. Carbon is carbon kan? What makes the carbon di Eropa lebih bersih daripada carbon di Indonesia?" ujar Hashim dalam forum CNN Indonesia Sustainability Summit 2025 di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (26/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ketimpangan harga itu menjadi salah satu isu utama yang harus dirundingkan ketika Indonesia menawarkan kredit karbon kepada investor global. Ia menilai negosiasi harga akan menjadi pekerjaan berat ke depan.
"Saya kira di situ the hard work negosiasi harga yang adil. Tapi enggak apa-apa kita mulai dulu, nanti the market will decide," katanya.
Hashim juga menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar dari sektor kehutanan untuk memasok kredit karbon. Lahan yang dikelola anggota Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) disebut mencapai sekitar 13 juta hektare dan dapat ditawarkan ke pasar internasional.
"Itu yang bisa ditawarkan kepada investor-investor dari luar negeri. Misalnya Amazon atau Microsoft," ujarnya.
Ia mengatakan minat raksasa teknologi terhadap pasar karbon Indonesia semakin meningkat setelah pemerintah menerbitkan Perpres 110 Tahun 2025, yang membuat mekanisme perdagangan karbon lebih jelas dan transparan.
Namun, Hashim juga mengingatkan kebijakan Carbon Border Mechanism (CBM) Uni Eropa dapat menambah beban biaya untuk produk ekspor Indonesia jika dinilai masih menggunakan energi beremisi tinggi.
Hal ini, menurutnya, akan menjadi tantangan berikutnya bagi industri nasional.
COP30 digelar di Belem, Brasil, bulan ini untuk memperkuat komitmen global dalam penanganan perubahan iklim dan merumuskan arah pembangunan berkelanjutan pasca-pertemuan tersebut.
Sebagai rangkaian diskusi lanjutan terkait transisi energi dan ekonomi hijau, CNNIndonesia menyelenggarakan Sustainability Summit 2025: Navigating Growth in a Sustainable World After COP30.
(del/sfr)